MALANG, iNews.id - Menjadi tahanan bukan halangan bagi seseorang untuk belajar dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, mereka justru punya banyak kesempatan untuk merenungi kesalahan, memperbaiki diri hingga berubah menjadi pribadi yang beriman.
Jalan itu pula yang dilalui salah satu penghuni Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Indah Nuari. Dia telah menjalani masa hukuman selama enam tahun penjara sejak tahun 2017 lantaran kasus kepemilikan narkoba. Perempuan asal Kabupaten Tuban ini mengaku banyak belajar selama berada di dalam Lapas perempuan, termasuk memperdalam ilmu-ilmu agama yang sebelumnya tak pernah ia sentuh saat masih menjadi pemakai narkoba.
"Banyak sekali perubahan yang dialami ketika saya di sini, saya sudah enam kali lebaran di sini," kata Indah Nuari ditemui MPI, saat kegiatan tadarus Alquran di dalam Lapas Perempuan, pada Kamis (7/4/2022).
Ia mengaku semenjak masuk dalam Lapas merasakan bagaimana arti kehilangan serta kesedihan, jauh dari keluarga. Hal ini pula yang akhirnya tersadar apa yang dilakukannya selama bertahun-tahun sebelum tertangkap adalah perbuatan salah. Ia ikhlas menjalani garis kehidupannya yang telah ditentukan Tuhan, menurutnya selalu ada hikmah atau pelajaran di setiap perbuatan yang dilakukannya.
"Ya pastinya sedih tapi saya kembalikan lagi ada hikmah yang harus kita ambil dari kejadian seperti ini. Di sini bisa tahu arti kehilangan, bisa tahu artinya kita jauh dari keluarga, ketika kita di luar itu sangat-sangat tidak baik. Setelah saya di sini Insya Allah saya menyadari apa kesalahan saya, dan berjanji tidak akan mengulanginya," katanya.
Jalan taubat pun mengantarkan Indah menjadi salah satu warga binaan yang mahir membaca Alquran, bahkan kini ia mendapat sertifikat layak mengajar membaca Alquran. Padahal dulunya jangankan membaca Alquran, melaksanakan salat dan menyentuh Alquran pun tak pernah ia lakukan.
"Waktu zaman di luar nggak tahu agama, nggak pernah namanya mengaji salat. Puasa itu nggak pernah, terus sama keluarga jarang berkomunikasi, jarang bercengkrama. Sebelumnya di luar saya tidak pernah bisa mengaji, saya tidak pernah tahu bacaan Alquran," ucap dia.
Dia mengisahkan awal mula belajar mengaji mulai nol dengan buku Iqra di tahun 2017 hingga akhirnya mulai lancar pada tahun 2019. Tekadnya untuk berubah dan bertaubat membawanya menjadi salah satu peserta yang diwisuda membaca Alquran dengan metode Ummi. Dari prosesnya belajar hingga wisuda inilah dia mulai mengenal beberapa bacaan hingga tajwid di setiap ayat-ayat suci umat Islam ini.
"Tahun pertama di Lapas ini diberikan wisuda Alquran yang gurunya dari metode Ummi. Jadi saya mengikuti pelatihan metode Ummi dari huruf hijaiyah, sampai saya bisa menguasai Alquran tajwid-tajwidnya makharijul hurufnya. Makanya saya senang ikut tadarus karena saya ingin mengamalkan apa yang saya pelajari waktu wisuda Alquran," katanya.
Kini dia dan warga binaan lainnya kian mempertebal keimanan di bulan Ramadan 1443 Hijriah tahun 2022 ini. Penambahan waktu membaca Alquran atau tadarus Alquran dalam sehari, menjadi salah satu yang diinisiasi para warga binaan.
"Karena kalau musim Ramadan di dalam ini tidak ada kegiatan seperti pondok pesantren. Daripada di dalam blok tidak ada pekerjaan, kita gunakan mengaji," katanya.
Ke depan dia berharap dengan ilmu-ilmu yang didapatnya di dalam Lapas ia bisa memanfaatkan dan mengamalkannya di luar saat berinteraksi dengan masyarakat. Salah satunya dengan menjadi guru mengaji dan menularkan ilmu pengalamannya selama belajar mengaji dari nol tidak bisa hingga menjadi orang yang mahir membaca dengan tajwid dan mahrajal hurufnya.
"Saya ingin ngajar di TPQ-TPQ di rumah. Sudah banyak pembekalan yang diberikan di sini," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait