"Terus terang kami hanya bekerja keras memeras keringat mengayuh becak setiap hari, tapi almarhum istri saya yang begitu telaten menyisihkan sedikit demi sedikit uang sisa dari kebutuhan hidup sehari-hari," Kata Holili, Kamis (16/6/2022).
Tampak sekali guratan kesedihan yang mendalam di wajah Holili saat mengingat perjuangan almarhumah istrinya. Sesekali Holili menyeka airmatanya sembari menceritakan kisah almarhumah yang mengajak, menguatkan, dan meyakinkannya untuk mendaftar haji meski dengan kondisi ekonomi yang ala kadarnya.
"Penghasilan mbecak per hari hanya Rp30.000-50.000, itupun tidak menentu. Selain itu, saya juga bekerja sebagai kuli ikan dengan penghasilan yang tak seberapa. Istri saya rajin menabung mengumpulkan, dan dibelikan beberapa gram emas," katanya.
Tiba di satu waktu, Holili dan istrinya mendapatkan rezeki arisan dan memutuskan untuk menjual semua barang-barang yang selama ini telah dikumpulkan untuk biaya pendaftaran haji. Mulanya sempat ragu, namun sang istri kembali menguatkan dan meyakinkan.
"Saya dapat arisan dan ayo emas ini jual. Ayo daftar haji, tidak apa dengan niat, insyaAllah siapa tahu Allah mengasihani dan Allah cukupkan," kata Holili mengenang ucapan mendiang istrinya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait