MALANG, iNews.id - Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) belum bisa dilupakan ribuan Aremania. Masih segar dalam ingatan mereka, bagaimana ratusan suporter tergeletak di depan gate 12 dan 13 karena tak bisa keluar stadion.
Saat itu, tribun selatan sudah penuh dengan asap gas air mata. Sementara ribuan suporter panik dan berjubel menuju pintu keluar. Di lokasi itulah banyak Aremania yang terjebak dan akhirnya meninggal dunia.
Kelompok Aremania, Surva Sud adalah saksinya. Mereka merupakan penghuni tribun selatan, tepat di titik 12 dan 13 atau belakang mistar gawang selatan. Di sanalah ratusan Aremania meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.
Mereka mengaku kesal timnya kalah. Karenanya mereka keluar stadion pada menit 85. Namun kembali masuk karena melihat asap gas air mata dan mendengar jeritan.
Upaya evakuasi keluar kembali mereka lakukan. Namun, mereka mendapati pintu digembok. Besarnya gembok berwarna hitam pilun, mereka sangat ingat. Mereka sempat tertahan di dalam lorong pintu terkunci selama 15 menit, hingga akhirnya memutuskan untuk menjebol tembok ventilasi.
"Kami sempat keluar menit 85. Waktu itu pintu masih terbuka. Kemudian ada letusan gas air mata, ada jeritan, kami masuk kembali. Kemudian kacau, evakuasi, beruaha keluar, pintu digembok, hitam segini. Akhirnya saya putuskan untuk menjebol tembok, saya yang njebol tembok itu mas, dibantu beberapa teman," kata Dinda bersama beberapa Aremania lainnya.
Meskipun akhirnya berhasil selamat, tiga teman mereka meninggal dunia, termasuk dalam 125 korban jiwa tragedi Kanjuruhan.
Dinda juga mengatakan, saat itu Aremania Curva Sud tidak mengetahui kekacauan di luar stadion. Karena mereka saat itu fokus menolong korban. Bahkan, untuk membuat dokumen foto atau video juga tidak sempat. Mereka baru tahu tragedi Kanjurihan setelah ratusan jenazah dievakuasi.
Karena itu dia membantah pernyataan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo dalam jumpa pers, Selasa (4/10/2022) sore di Polres Malang. Pada keterangan itu, Dedi menyebut bahwa tidak ada pintu terkunci, terbuka namun sempit.
Kini, Aremania hanya berharap tragedi Kanjuruhan diusut tuntas, sampai ada pihak yang bertanggung jawab. Mereka berharap liga dihentikan, sampai ada aturan sistem sepak bola yang benar dan aman.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait