Sawito Kartowibowo (berjas berdasi) saat menjalani persidangan (Foto : repro)

Sebelum mengawini Kastum dan memiliki anak Kusni Kasdut, Wonomejo seorang duda dengan delapan anak. Kastum seorang janda satu anak (bernama Kusmilah alias Kuntring) setelah suaminya yang merupakan adik kandung Wonomejo, meninggal dunia.

Wonomejo menikahi Kastum yang sebelumnya adik iparnya, secara diam-diam. Pernikahan sembunyi-sembunyi tersebut membuat warga menggunjingkan keduanya.

Pada 10 November 1979, Presiden Soeharto menolak permohonan grasi Kusni Kasdut. Pada 6 Februari 1980 eksekusi hukuman mati dilaksanakan. Kusni Kasdut menghembuskan napas terakhir dengan tiga peluru menembus dada dan lima peluru bersarang di perut.

3. Jasmani

Pemerintah Kolonial Belanda menamakan peristiwa yang terjadi pada pada tahun 1887 itu sebagai peristiwa Jasmani. Jasmani merupakan nama seorang laki-laki yang diketahui berasal dari Sengkrong, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Dia menyebarkan gagasan Sultan Adil atau Ratu Adil yang akan membebaskan penderitaan rakyat dari penindasan penjajah. Jasmani dan kelompoknya menyatakan, di wilayah Birowo, Kawedanan Lodoyo akan segera berdiri Kerajaan Sultan Adil. Peristiwa tersebut akan terjadi pada akhir tahun Jawa, yakni tahun Wawu.

Gerakan Jasmani tercatat dalam laporan surat Residen Kediri no 52 tertanggal 18 Oktober 1888, Geheim. Sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam “Ratu Adil” menulis, Jasmani lahir di Sumawana, Kedu Jawa Tengah.

Dia pernah menerima pendidikan agama dengan belajar di pesantren-pesantren di berbagai tempat. “Misalnya di Yogyakarta, Madiun dan Kediri”.

Jasmani juga bertempat tinggal lama dengan Amat Mukiar, seorang guru yang terkenal keramat. Amat Mukiar mendirikan sekolah agama di Sengkrong, Blitar. Dia dikenal menjalani kehidupan bertapa, suka menyepi untuk keperluan berdoa dan semedi.

Banyak orang sakit, termasuk mengalami kesusahan gagal panen ditolongnya. Ia juga membagi-bagikan jimat yang diyakini mengandung tuah kekebalan kepada masyarakat.

Amat Mukiar berperan sebagai propagandis Jasmani. Dia menyatakan akan memangku kedudukan sebagai panembahan (bupati) dengan Jasmani sebagai Ratu Adil Igama.

Gerakan Jasmani mendapatkan pengikut yang luas. Bahkan menyebar hingga wilayah Madiun. Pengikut Jasmani dapat dikenali dari model pakaian yang khusus, yakni baju dan celana biru serta ikat kepala hitam.

"Jasmani sendiri suka muncul berpakaian Jawa di puncak sebuah bukit di Birowo,” tulis Sartono Kartodirdjo dalam “Ratu Adil”.

Di tempat permunculannnya Jasmani selalu mengibarkan panji bertuliskan huruf –huruf Arab dan ia mengumumkan akan berbaris di bawah panji memelopori pengikutnya.

Gerakan Jasmani teridentifikasi telah memiliki cabang, diantarany di Banyumas, Bagelen, Yogyakarta, Surakarta, Madiun dan Malang. Tetapi sebelum Jasmani memberikan isyarat pemberontakan, Pemerintah Kolonial Belanda telah menangkapnya.

"Pembersihan terhadap orang-orang yang berkomplot itu mengakibatkan banyak orang yang ditangkap," tulis Sartono Kartodirdjo dalam "Ratu Adil". 


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3 4

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network