Menurutnya, saat ini tidak hanya di negara maju, di Indonesia pun khususnya di daerah perkotaan yang memiliki kemudahan mengakses informasi, banyak orang yang memilih menjadi Atheis. “Tren atheis meningkat di Indonesia, hal ini disebabkan orang saat ini mendapatkan pengalaman spiritual yang sesuai dengan kebutuhan sehari-harinya bukan hanya menjalankan perintah agama," katanya.
Meski begitu, ia pun menyadari bahwa hidup itu adalah proses, dalam tafsiran Sufi, umat beragama seharusnya jauh dari kekerasan dan akan menuju ke tahap kebijaksanaan. “Ketika kita sudah menjalankan ajaran agama, kita akan perlahan melepaskan duniawi lalu masuk ke dalam tahap Kebatinan lalu ke tahap Fana serta akhirnya kita menuju Arifa,” katanya.
Wakil Ketua Young Buddhist Association Limanyono Tanto, mengatakan, pertemuan dan silaturahmi semacam ini sangat perlu dihadirkan di tengah-tengah muda-mudi Indonesia untuk saling mengenal antar ajaran. Tujuan akhirnya agar tercipta moderasi dan tenggang rasa antarumat beragama.
"Nah, dari situlah kami berharap rasa persaudaraan dan rasa saling menjaga sebagai saudara antar sesama manusia atas nama cinta," katanya.
Diketahui, Young Buddhist Association bersama Rumi Institute menggelar kajian lintas agama bertema “Religion of Love” perspektif agama Islam dan Buddha. Kajian yang dilakukan di Voza Coworking Space itu menghadirkan dua narasumber atau dua tokoh dari dua agama, yaitu Bhante Jayamedho Thera dan Direktur Rumi Institute Muhammad Nur Jabir.
Acara yang membahas tentang "Cinta dalam Agama" itu merupakan konsep yang pertama kali digelar di Indonesia dengan diskusi lintas agama Buddha dan Islam tentang karya Jalaluddin Rumi, seorang penyair Sufi asal Persia. Acara ini digelar dalam rangka Vesak Festival dan diikuti oleh lebih dari 100 peserta baik dari Agama Buddha maupun non-Buddha.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait