BOJONEGORO, iNews.id - Belasan hektare tanaman cabai di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, rusak akibat cuaca buruk. Tanaman cabai milik petani itu rontok dan buahnya membusuk. Penyebabnya, hujan lebat terus-menerus mengguyur kawasan tersebut. Petani pun dipastikan akan mengalami gagal panen pada musim ini.
Seperti yang terpantau di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (9/12/2017) pagi. Sekitar 13 hektare lahan pertanian cabai di desa itu rusak parah.
Sebelum memasuki masa panen, buah cabai yang dihasilkan tiba-tiba membusuk dan mengalami kerontokan. Cabai-cabai yang sudah mulai memerah itu, tiba-tiba berubah warna menjadi kecokelatan. Tak hanya buahnya, daunnya juga nampak mengering dan rontok.
Menurut petani, kondisi ini dipengaruhi cuaca ekstrem yang berlangsung sejak dua bulan terakhir. Tak hanya sampai di situ, tingginya curah hujan juga memicu munculnya berbagai jenis hama. Dua di antaranya yakni, hama ulat dan patek. Hama ini menyerang bagian buah serta daun tanaman cabai.
Kiswati, petani cabai asal Desa Ngumpakdalem mengatakan, kondisi ini disebabkan oleh curah hujan tinggi beberapa bulan terakhir. Belum lagi ditambah dengan kemunculan hama seperti hama ulat dan patek tadi. “Ya karena hujan itu. Dari awal ditanam sudah hujan. Terus sama ulat dan patek juga banyak pas musim hujan,” ucapnya.
Akibatnya, meski masih berada di batang atau belum dipetik, buah cabai sudah mengalami pembusukan. Petani pun dipastikan gagal panen pada musim tanam akhir tahun ini. Kendati masih ada beberapa yang bisa dipetik, hasilnyapun tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk menanam.
Para petani belum berani menaksir berapa total kerugian yang dialaminya akibat gagal panen ini. Namun diperkirakan, kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Mengingat luasnya areal kebun cabai yang gagal panen.
Sementara itu, sebelumnya diberitakan, cuaca buruk juga membuat belasan hektare tanaman padi di Tuban, Jawa Timur, rusak. Penyebabnya tak lain lantaran serangan hama sundep yang meningkat pada musim penghujan ini. Kerusakan tanaman membuat sebagian besar bulir padi tidak berisi alias puso. Akibatnya, para petani terancam rugi besar, hingga mencapai puluhan jutaan rupiah.
Editor : Himas Puspito Putra
Artikel Terkait