SURABAYA, iNews.id – Kota Surabaya dikepung banjir, Jumat (24/11/2017). Hampir seluruh perkampungan di Kota Pahlawan ini terendam. Tak hanya itu, hujan deras selama empat jam sejak pukul 10.00 WIB pagi tadi juga menenggelamkan sejumlah akses di kawasan tengah kota.
Kawasan Jambangan adalah salah satunya. Akses penghubung antar kecamatan ini terendam hingga separuh roda motor. Akibatnya, banyak kendaraan roda dua mogok. Sementara di kawasan Tambaksari, air bahkan masuk ke pusat perbelanjaan Hi-Tech Mall.
Kondisi hampir sama juga terjadi di Perkampungan Jemurwonosari, Kecamatan Wonocolo. Wilayah di dekat Kompleks Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya ini juga terendam cukup parah. Tak hanya akses jalan, air merendam rumah-rumah warga. Selain karena hujan deras, banjir ini turut dipicu buruknya penataan drainase.
“Banjir seperti ini kok dibilang genangan. Ini namanya tenggelam. Pemkot Surabaya harus bertanggung jawab. Selama ini mereka bilang Surabaya bebas banjir, yang ada hanya genangan. Lalu, kalau air sampai masuk rumah seperti ini apa namanya,” ungkap Irvan, warga Wonocolo.
Menurut Irvan, banjir tidak akan terjadi jika saluran pembuangan ditata dengan baik. Mulai dari saluran kecil di perkampungan, sungai, hingga saluran pembuangan yang lebih besar, semua harus dibangun terpadu. “Semua saluran dikoneksikan, bukan parsial seperti selama ini,” katanya.
Kritik Irvan ini disampaikan menyusul banyaknya pengerjaan gorong-gorong di perkampungan yang sering kali asal-asalan. “Lihat saja pengerukan saluran di Jemursari. Begitu digali, dipasang boks, setelah itu ditinggal pergi. Padahal, saluran belum tertutup dan tersambung semua,” katanya.
Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya Vinsensius mengatakan, banjir di Surabaya selama ini tidak lepas dari banyaknya bangunan baru, seperti perumahan, hotel, atau bahkan apartemen. Bangunan-bangunan itu kadang mengabaikan sistem sanitasi di sekelilingnya sehingga saat hujan lebat, langsung banjir.
Lebih jauh, Vinsensius juga mempertanyakan kebijakan Pemkot Surabaya yang membiarkan pembangunan di kawasan pesisir timur Surabaya. Padahal, itu kawasan konservasi. Wilayah tersebut juga menjadi kawasan resapan bila ada genangan di kawasan tengah ataupun pusat kota.
“Selama ini air mengalir ke timur menuju laut. Nah, kalau kawasan itu berubah menjadi perumahan dan bahkan apartemen, dari mana air mau lewat? Kalaupun bisa, pasti akan lama. Saya yakin, tambah tahun, banjir Surabaya akan semakin parah,” kata politisi NasDem ini.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait