Humas Poliwangi Jatim Wahyu Naris Wari (kiri) membenarkan penangkapan salah satu ASN Poliwangi oleh Densus 88. (Foto: iNews/Eko Suryono)

BANYUWANGI, iNews.id – Seorang aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja sebagai staf administrasi dan teknisi Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) Jawa Timur (Jatim), ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri karena diduga terlibat kegiatan teroris.

Penangkapan terduga teroris berinisial EPW (31), cukup mengejutkan rekan kerja maupun tetangganya. Selama ini, EPW dikenal sangat terbuka dan selalu mendapat kepercayaan karena kepandaiannya.

Humas Poliwangi Jatim Wahyu Naris Wari mengatakan, informasi yang diperoleh dari pihak kampus, terduga teroris EPW yang sehari-hari bekerja sebagai staf administrasi di Jurusan Manajemen Bisnis Pariwisata Poliwangi dan juga teknisi itu ditangkap di depan Kampus Poliwangi pada Rabu (1/8/2018) petang. Penangkapan EPW yang diangkat menjadi ASN sejak 2014 lalu itu, mengejutkan rekan-rekan kerjanya.

“Beliau membantu di tim IT jaringan. Sehari-hari beliau orang yang humble, tidak terlihat aneh, bergaul dengan mahasiswa dan pegawai lain. Kinerjanya juga bagus sekali dan peduli serta aktif kalau seandainya ada kegiatan,” kata Wahyu Naris, Sabtu (4/8/2018).


Namun, kata Wahyu Naris, sebelum Tim Densus 88 menangkap EPW, anggota Badan Intelijen Negara (BIN) beberapa kali mendatangi pihak kampusnya. Kedatangan mereka untuk meminta keterangan mengenai dugaan keterlibatan EPW dalam kegiatan terorisme. Direktur BIN selanjutnya memanggil EPW untuk memastikannya tidak terlibat terorisme.

Bahkan pada 22 Juni 2018 lalu, EPW telah menandatangani surat pernyataan berisi pada prinsipnya bersumpah tidak pernah terlibat dalam kegiatan melawan negara atau terlibat terorisme. “Karena itu, kami sangat terkejut dengan penangkapan EPW oleh Densus 88,” kata Wahyu Naris.

Pascapenangkapan EPW oleh Tim Densus 88 Mabes Polri, hingga kini pihak Poliwangi Jatim belum juga mengambil keputusan terkait sanksi yang akan dijatuhkan kepada EPW. “Karena kami belum tahu alasan penangkapan yang sebenarnya,” katanya.

Hal senada juga diutarakan Masetya Mukti, rekan satu ruangan dengan EPW di Program Studi Menajemen Bisnis Pariwisata Poliwangi. Dia dan para rekan kerjanya kaget dengan penangkapan EPW.

Di mata rekan-rekan kerjanya, EPW tidak pernah menunjukkan sikap ekstrem terhadap negara. Dalam menjalankan salat, EPW juga tidak pernah menunjukkan perbedaan dengan yang lain. Bahkan karena kepandaiannya di bidang IT, Eka menjadi rebutan program studi di Poliwangi untuk menangani IT.

“Beberapa bulan ke belakang, memang ada pemikirannya yang sedikit berbeda, ketika membahas soal ibadah. Prinsipnya beliau makin taat ibadah. Tapi untuk mengajak ke arah yang diduga berkaitan dengan terorisme, itu tidak ada,” kata Masetya Mukti.

Kekagetan atas penangkapan EPW yang diduga terlibat terorisme juga diungkapkan warga di sekitar rumahnya. Menurut Ketua RT 1/RW 1 Krajan Wetan Desa Parangharjo, Sanusi, tetangga banyak terkejut atas penangkapan bapak dua orang anak itu. Pasalnya, laki-laki yang masih ber-KTP di Probolinggo selama tinggal di lingkungannya tidak pernah menunjukkan gelagat mencurigakan.

“Saya, pak kades dan warga nggak nyangka dia ditangkap Densus karena diduga terlibat terorisme. Mereka sudah dua tahun tinggal di sini. Dia juga baik dan aktif kalau ada kegiatan-kegiatan warga di sini,” kata Sanusi.

Sejak berita penangkapannya oleh Densus 88, rumah EPW terlihat tertutup. Bahkan, istri dan kedua anaknya juga tidak tampak di rumah mereka.


Editor : Maria Christina

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network