Menurut legenda, Patih Kerajaan Bantaran Angin ketika itu tengah bermeditasi. Wujud hewan yang digunakannya dalam meditasi adalah ular.
Namun tanpa sengaja, seorang warga membawa pulang ular jelmaan tersebut ke desa.
Sesampai di desa, ular jelmaan Sang Patih sempat hendak dijadikan makanan. Rencana itu terbesit di kepala warga desa tersebut karena ukuran ular yang besar.
Sebelum dipotong untuk dimasak, ular itu secara ajaib menjelma menjadi anak kecil. Dia lantas menemui masyarakat dan membuat sayembara.
Bocah itu menancapkan lidi di tanah. Namun ada versi cerita lain yang menyebut sang bocah menancapkan centong nasi.
Tidak ada satupun warga yang berhasil mencabut benda yang ditancapkan tersebut. Hanya bocah itu yang bisa mencabutnya.
Lantas dari lubang bekas benda itu ditancapkan keluar air. Air keluar dengan deras hingga menggenang hingga membentuk telaga.
Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait