Sementara itu, berita Tiongkok dari Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di Pulau Sumatra terdapat tiga kerajaan dan semuanya adalah bawahan Pulau Jawa (Majapahit). Tiga kerajaan tersebut adalah Palembang, Dharmasraya, dan Pagaruyung. Dengan demikian, Arya Damar bukan satu-satunya raja di Pulau Sumatra, begitu pula dengan Adityawarman. Karena itu, Arya Damar tidak harus identik dengan Adityawarman.
Meskipun Arya Damar dan Adityawarman hidup pada zaman yang sama, serta memiliki jabatan yang sama pula, tetapi keduanya belum tentu identik. Arya Damar adalah Raja Palembang sedangkan Adityawarman Raja Pagaruyung. Keduanya merupakan wakil Kerajaan Majapahit di Pulau Sumatra.
Arya Damar merupakan pahlawan legendaris sehingga nama besarnya selalu diingat oleh masyarakat Jawa. Dalam naskah-naskah babad dan serat, misalnya Babad Tanah Jawi, tokoh Arya Damar disebut sebagai ayah tiri Raden Patah, raja Demak pertama.
Dikisahkan ada seorang raksasa wanita ingin menjadi istri Brawijaya raja terakhir Majapahit (versi babad). Dia pun mengubah wujud menjadi gadis cantik bernama Endang Sasmintapura dan segera ditemukan oleh patih Majapahit (yang juga bernama Gajah Mada) di dalam pasar kota. Sasmintapura pun dipersembahkan kepada Brawijaya III untuk dijadikan istri.
Namun, ketika sedang mengandung, Sasmintapura kembali ke wujud raksasa karena makan daging mentah. Dia pun diusir oleh Brawijaya III sehingga melahirkan bayinya di tengah hutan. Putra sulung Brawijaya III itu diberi nama Jaka Dilah.
Setelah dewasa Jaka Dilah mengabdi ke Majapahit. Ketika Brawijaya ingin berburu, Jaka Dilah pun mendatangkan semua binatang hutan di halaman istana. Brawijaya III sangat gembira melihatnya dan akhirnya sudi mengakui Jaka Dilah sebagai putranya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait