MALANG, iNews.id – Aktivitas Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur kembali meningkat, Rabu (13/12/2023). Terkait kondisi tersebut, masyarakat maupun wisatawan dilarang mendakati kawah karena dikhawatirkan terjadi erups freatik.
Dari data Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, muncul asap kawah berwarna putih dan kelabu.
Laporan Badan Geologi, pantauan visual kawah Gunung Bromo tanggal 13 Desember 2023 pukul 07.07 WIB, tampak asap kawah berwarna kelabu dan putih muncul bersamaan. Namun, tingkat aktivitas Gunung Bromo tetap berada di Level II (waspada) dengan rekomendasi tidak ada yang mendekati kawah dalam jarak 1 kilometer.
Kepala BB-TNBTS Hendro Widjanarko mengatakan, wisatawan, para pelaku wisata, dan masyarakat sekitar harus mewaspadai adanya letusan freatik yang diakibatkan aktivitas vulkanik Gunung Bromo. Apalagi letusan itu disebut PVMBG bersifat tiba-tiba.
"Masyarakat di sekitar Gunung Bromo, pengunjung, wisatawan, pendaki, pedagang, dan pelaku jasa wisata, agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang signifikan," kata dia dalam keterangan tertulisnya.
Hal ini karena pantauan PVMBG, kawah Gunung Bromo mengalami peningkatan aktivitas sejak Rabu pagi (13/12/2023) pukul 06.00 WIB, berupa teramatinya hembusan asap kawah berwarna kelabu, intensitas sedang hingga tebal, dengan tekanan sedang hingga kuat dari dalam kawah Gunung Bromo, berdasarkan pengamatan visual pada tanggal 13 Desember 2023 pukul 06.00 WIB.
"Sedangkan dalam pengamatan beberapa bulan. sebelumnya teramati hembusan asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, tekanan lemah sedang dengan ketinggian berkisar 50 - 900 meter dari puncak. Warna hembusan asap kawah kelabu ini umumnya disertai dengan material abu vulkanik," katanya.
Pengamatan kegempaan disebut Hendro, juga menunjukkan masih terekamnya tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1 mm, dengan dominan 0,5 mm, yang disertai pula terekamnya gempa vulkanik dalam 3 kali kejadian selama Bulan Desember ini. Hal ini menunjukkan adanya proses fluktuasi tekanan di dalam tubuh Gunung Bromo yang disertai oleh aliran fluida ke permukaan.
"Pengamatan deformasi dengan menggunakan peralatan borehole tiltmeter dan tiltmeter, menunjukkan pola kecenderungan peningkatan tekanan di sekitar tubuh Gunung Bromo selama Bulan Desember ini," terangnya.
Selain itu, ada potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah, yakni terjadinya erupsi freatik, ataupun magmatik dengan sebaran material erupsi berupa abu dan lontaran batu pijar.
"Sebaran batu pijar dapat mencapai radius 1 kilometer dari pusat kawah, serta keluarnya gas-gas berbahaya bagi kehidupan," ujarnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait