Sementara itu, Kalapas I Madiun Kadek Anton Budiharta mengatakan bahwa, ikrar setia NKRI bukan akhir dari proses deradikalisasi. Masih ada perjalanan panjang untuk menghasilkan kontranarasi dari kelompok teroris yang masih aktif. "Masih ada program pembinaan lanjutan untuk memastikan narapidana teroris benar-benar telah menunjukkan perubahan perilaku," tuturnya.
Pria asal Bali itu mengakui bahwa dukungan rekan sejawat mantan napiter yang sudah bebas juga bisa mempercepat dan semakin memantapkan keyakinan kedua napiter, sehingga, bisa membantu pihaknya melakukan pembinaan secara optimal. "Ini jadi salah satu bentuk kolaborasi kami dengan pihak eksternal untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi," tuturnya.
Syahrullah maupun Fahrurrozi mengaku sudah mantap menyatakan ikrar setia kepada NKRI. Menurut Syahrullah proses pembinaan narapidana terorisme atau program deradikalisasi di Lapas I Madiun tidak semata-mata menjadikan narapidana objek pembinaan. Tetapi juga sebagai subjek yang dilibatkan dalam kegiatan pembinaan itu sendiri.
"Kami berterima kasih kepada wali narapidana teroris dan Kalapas Madiun, karena kami tidak melulu dicekoki oleh pembinaan tetapi diikutsertakan untuk merancang pembinaan menjadi lebih efektif," tutur Syahrullah.
Sedangkan Fahrurrozi berpesan untuk orang-orang yang masih berideologi keras agar memperbanyak literasi dan memperluas wawasan. "Selama di lapas, cara pandang kami dibuka dan diarahkan agar tidak terjebak dengan ideologi tertentu, sehingga kami lebih terbuka dan dapat menerima perbedaan yang ada," tuturnya.
Diketahui, hingga saat ini terdapat enam napiter di Lapas I Madiun. Dari jumlah itu, tiga di antaranya sudah menyatakan ikrar kepada NKRI.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait