Weekend Story: Insiden Tragis di Jatim Park 1, Siapa Bertanggung Jawab ?

JAKARTA, iNews.id - Kabar kurang sedap kembali mencoreng industri pariwisata hiburan Tanah Air. Insiden yang terjadi di salah satu wahana ekstrem Jatim Park 1, Selasa (8/4/2025) bukan hanya menimbulkan kepanikan sesaat di antara para pengunjung, namun juga menguak pertanyaan mendasar mengenai standar keamanan dan pengawasan wahana-wahana berisiko tinggi di taman rekreasi.
Laporan mengenai Wahana 360⁰ Pendulum yang diduga mengalami masalah pada sabuk pengaman dan mengakibatkan wisatawan celaka, jelas menjadi tamparan keras. Tempat yang seharusnya menjadi oase kegembiraan dan pelepas penat justru berubah menjadi panggung kecemasan dan bahkan potensi bahaya.
Luka serius yang diderita korban menyisakan trauma mendalam, namun yang lebih mengkhawatirkan, yaitu erosi kepercayaan publik terhadap jaminan keselamatan yang seharusnya menjadi prioritas utama pengelola tempat hiburan.
Reaksi masyarakat di media sosial sangat wajar. Keprihatinan bercampur dengan amarah dan tuntutan akan pertanggungjawaban.
Pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai peraturan, pemeliharaan, kualifikasi operator hingga protokol keselamatan yang diterapkan, harus dijawab dengan transparan dan akuntabel oleh pihak Jatim Park 1 maupun pihak-pihak berwenang.
Pernyataan maaf dan janji evaluasi memang langkah awal yang baik, namun publik tentu mengharapkan tindakan nyata dan perubahan signifikan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Insiden ini seharusnya menjadi wake-up call bagi seluruh pengelola taman rekreasi di Indonesia, khususnya yang mengoperasikan wahana-wahana ekstrem.
Keamanan bukanlah sekadar formalitas atau pemenuhan izin semata, melainkan sebagai investasi jangka panjang yang akan menentukan kepercayaan dan loyalitas pengunjung.
Pengawasan berkala yang ketat, pemeliharaan preventif yang cermat serta pelatihan operator yang kompeten merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar.
Lebih jauh lagi, pemerintah daerah dan kementerian terkait perlu meningkatkan pengawasan dan audit terhadap standar keamanan di seluruh taman rekreasi.
Regulasi yang ada harus dievaluasi dan diperketat jika diperlukan. Mekanisme pelaporan insiden dan penanganan keluhan pengunjung juga harus lebih responsif dan efektif. Jangan sampai insiden seperti ini dianggap sebagai kecelakaan biasa yang bisa dilupakan begitu saja.
Kejadian ini harus menjadi pelajaran pahit yang membawa perubahan nyata, bukan sekadar berita sesaat yang terlupakan seiring berjalannya waktu.
Seorang wisatawan yang menjadi korban dalam insiden tersebut berinisial RDP (14 tahun) warga Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang menderita cedera serius.
Dia menceritakan sebelum kejadian, awalnya datang bersama tiga orang lainnya ke Jatim Park 1 pukul 09.00 WIB. Setelah hujan turun pada pukul 14.00 WIB dan wahana sempat berhenti beroperasi. Dia kembali mencoba wahana tersebut ketika hujan reda pada pukul 15.30 WIB.
Saat wahana mulai beroperasi, sabuk pengaman yang sebelumnya sudah terkunci terlepas secara tiba-tiba. Kondisi ini membuat dia yang duduk di kursi nomor 5 sempat berpegangan pada pengaman badan sebelum akhirnya terlempar jatuh.
Dia kemudian langsung dievakuasi oleh operator wahana dan mendapatkan perawatan awal di Klinik Jatim Park 1. Dia mengalami cedera serius, patah dua tulang betis kanan, patah jari tengah tangan kanan dan patah jari manis tangan kanan.
Setelah itu, dia dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Baptis Kota Batu untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan atas permintaan keluarga, dipindahkan ke RS Persada Husada Kota Malang pada malam harinya.
Kasatreskrim Polres Batu AKP Rudi Kuswoyo menyampaikan telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan memeriksa sejumlah saksi, termasuk keluarga korban, operator wahana serta pihak manajemen Jatim Park 1.
Sementara itu, operasional wahana 360⁰ Pendulum dihentikan sementara untuk mendukung proses penyelidikan. Hingga kini, penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan untuk mengungkap kemungkinan adanya unsur kelalaian dalam insiden tersebut.
"Pada saat kita olah TKP itu sebetulnya untuk alat pengamannya sebetulnya bisa digunakan dan dicek oleh operator pada saat itu ketat. Seiring perjalanan waktu wahana ini berputar dan sebagainya mungkin terjadi kendor, itu yang masih kita cari apa penyebabnya," kata AKP Rudi.
Editor: Kurnia Illahi