Tradisi Barikan, Aksi Makan Bareng Warga Pengusir Bala hingga Nasib Sial
JAKARTA, iNews.id – Tradisi Barikan merupakan tradisi unik yang berasal dari Jawa Timur. Tradisi ini sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak 2017 lalu.
Definisi kata Barikan hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun melansir laman Kebudayaan Kemendikbud, Barikan disebut berasal dari Bahasa Arab, 'barik', yang berarti barokah atau berkah.
Namun, ada yang bilang kata tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti baris.
Tradisi Barikan merupakan aksi makan bersama para warga yang biasanya dilakukan di tempat terbuka pada malam hari. Mereka duduk beralaskan tikar dan membawa makanan masing-masing.
Makanan ini nantinya akan ditukar atau dibagikan kepada warga lainnya. Jenis makanan yang dibawa beragam, seperti nasi urap, kue, atau buah-buahan.
Sebelum makan bersama dimulai, para tokoh masyarakat atau sesepuh desa bersama warga yang hadir berdoa bersama. Mereka meminta keselamatan kepada Tuhan sekaligus mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia. Ritual ini rutin dilakukan secara turun-temurun.
Tradisi ini biasanya dilaksanakan untuk menyambut perayaan-perayaan seperti menjelang peringatan HUT RI dan Tahun Baru Hijriyah. Tradisi ini juga bertujuan untuk menolak bala (malapetaka) agar selalu terhindar dari berbagai bencana, penyakit, dan kesialan. Tradisi ini selalu ada dan terus diselenggarakan oleh warga Jawa Timur.
Tradisi Barikan yang dilaksanakan pada malam menjelang peringatan HUT RI mencampurkan antara unsur agama dan budaya. Setelah melakukan pembacaan doa dan makan bersama, biasanya kegiatan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Para warga juga biasanya menonton film-film kemerdekaan secara bersama-sama. Hal ini dapat menumbuhkan rasa nasionalisme sekaligus mempererat kebersamaan antarwarga.
Ada beberapa makanan yang biasa dibawa dalam Tradisi Barikan. Makanan ini tidak sembarangan dibawa, melainkan memiliki arti khusus. Makanan itu di antaranya:
1. Nasi Pulen
Nasi pulen disebut memiliki bucu (penjuru) yang jumlahnya sembilan. Bucu ini diibaratkan sebagai kesembilan Wali Songo. Bumbunya harus makanan yang tidak mengandung garam, misalnya rebusan daun singkong. Makna dari nasi pulen ini adalah merukunkan masyarakat.
2. Nasi Putih
Kebalikan dari nasi pulen, nasi putih harus berbumbu makanan yang mengandung garam. Maknanya untuk menghormati hewan ternak, sesepuh, dan apapun yang dimiliki.
3. Bubur Merah Putih
Bubur merah putih bermakna sebagai terciptanya manusia dari benih ibu yang dilambangkan jenang warna merah dan benih bapak yang dilambangkan jenang putih.
4. Kelapa Kering
Makanan ini dibuat dengan cara memotong kelapa kecil-kecil dan disangrai. Kelapa kering ini disebut juga serundeng. Makna dari keringnya buah kelapa adalah penyakit yang akan turun ikut menjadi kering dan tidak lagi menyebar kepada warga.
5. Nasi Byar
Nasi byar merupakan nasi putih matang yang dibuat bucu dan di atasnya diberi satu butir telur ayam. Pinggir bucu diletakkan kendhit kuning dan dibumbui jenang katul. Makna semuanya adalah menghilangkan malapetaka.
Tradisi Barikan sarat akan makna berbagi kepada sesama. Selain itu, tradisi ini juga mempererat kerukunan antarwarga dan menjaga kearifan lokal.
Tradisi Barikan diharapkan terus selalu ada sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia.
Editor: Rizky Agustian