Tolak Stadion Kanjuruhan Direnovasi, Tim Gabungan Aremania Khawatir Bukti Tragedi Hilang
MALANG, iNews.id - Tim Gabungan Aremania (TGA) menolak Stadion Kanjuruhan direnovasi. Mereka menilai proses renovasi akan menghilangkan bukti dalam pengusutan Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 jiwa.
“Stadion Kanjuruhan adalah tempat kejadian perkara, sebagai salah satu bukti terjadinya tragedi itu. Merenovasinya, bagi kami sama saja menghilangkan barang bukti," ujar Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA), Dyan Berdinandri, dikonfirmasi Kamis (13/4/2023).
Untuk menggalang dukungan penolakan renovasi Stadion Kanjuruhan, TGA membuka kanal petisi secara online melalui link bit.ly/TolakRenovasiKanjuruhan.
"Renovasi itu juga akan menjadikan kita semua lupa. Ini juga upaya menghilangkan sejarah. Karenanya kami tegas menolak renovasi. Hendaknya Kanjuruhan biar menjadi memorial atau monumen. Stadion baru bisa dibangun di sekitarnya, atau di lokasi lain,” kata Dyan.
Pihaknya meminta pemerintah Indonesia fokus dan kembali serius memperhatikan para korban keluarga korban serta mengupayakan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas.
"Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepakbola atau suporter semata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya,” ujarnya.
TGA mengaku senantiasa menyerukan keadilan bagi para korban dan keluarganya, menuntut pertanggungjawaban negara, dan mendesak perhatian kemanusiaan global untuk memperingati para korban tragedi Kanjuruhan dan mencegah kejadian serupa terjadi lagi di masa depan.
TGA juga berinisiatif mengajak seluruh elemen masyarakat, baik individu, kelompok, dan organisasi di seluruh dunia untuk mendukung upaya mewujudkan monumen peringatan tragedi, Kanjuruhan Memorial. Monumen itu akan didedikasikan untuk para korban dan pengingat bagi tragedi serupa tidak boleh terulang.
"Mari kita bersama-sama mendukung keadilan, pertanggungjawaban, dan peringatan bagi para korban tragedi Kanjuruhan. Mari kita pastikan bahwa hidup mereka tidak pernah dilupakan, dan keluarga mereka menerima keadilan yang layak mereka terima," katanya.
Diketahui, Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu 135 nyawa hilang dan setidaknya 600 orang suporter Aremania terluka. Insiden berawal saat masuknya segelintir oknum suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022).
Petugas kepolisian yang kewalahan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton, sehingga memaksa para Aremania panik. Efek kepanikan itulah membuat suporter berdesakan keluar pada malam maut itu. Tak pelak 135 nyawa melayang dan menjadi tragedi persepakbolaan terburuk di Indonesia.
Pasca kejadian itu, Arema FC pun mendapat sanksi tidak boleh bermain di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Singo Edan harus menjalani laga kandang minimal berjarak 250 kilometer dari Malang, tanpa penonton akibat sanksi yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.
Editor: Rizky Agustian