Tak Takut Dipecat, PDIP Lawas "Banteng Ketaton" Pilih Dukung Machfud-Mujiaman

SURABAYA, iNews.id – Kader lama PDI Perjuangan (PDIP) mendukung Machfud-Mujiaman di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya. Kader yang menamakan 'Banteng Ketaton' ini bahkan tidak khawatir dipecat atas dukungan ini.
“Saya siap (disanksi). Dari dulu PDIP ada pesta, saya tak pernah datang. Kalau PDIP dikuyo saya datang. Nanti biar DPP yang membekukan. Biar ditampar sama rakyat PDIP, Banteng Ketaton,” kata senior PDIP Surabaya Sunardi, Senin (9/11/2020).
Sunardi mengatakan, dukungan terhadap Machfud-Mujiman diberikan karena PDIP tidak merekomendasikan Whisnu Sakti Buana (WS) di Pilwali Surabaya. Padahal, WS merupakan kader asli PDIP, putra mantan senior PDIP Soetjipto.
“Karena itu, kami hari ini pecah bambu. Kalau 80 persen PDI Perjuangan dulu mendukung WS, sekarang kami alihkan semua ke Pak MA (Machfud Arifin,” kata pria yang akrab disapa Gus Nar ini
Gus Nar mengatakan, Eri Cahyadi yang kini diusung PDIP bukanlah kader. Dia merupakan birokrat, aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kota Surabaya. “Kader terbaik adalah WS, kenapa tak direkomendasi,” tuturnya.
Karena itu, bersama kader PDIP lawas dirinya akan membantu memenangkan Machfud Arifin. “Kami beralih ke MA. MA menang WS menang. Saya yakin 100 persen PDIP lari ke pak MA,” katanya.
Komitman sama juga disampaikan senior PDIP Mat Mochtar. Mantan relawan Tri Rismaharini ini memastikan bahwa kader militan PDIP sudah dikuasai Machfud Arifin. “Kalau udah dikuasai saya pastikan menang lah. Ini bantengnya, markasnya,” katannya saat berada di markas lama PDIP, Pandegiling.
Mochtar mengatakan, Posko Pandegiling memiliki sejarah panjang lahirnya PDIP. “Dulu berjuang bersama di Pandegiling ini dimotori Pak Tjip (Soetjipto, ayah WS), disemangati Pak Tjipto pada waktu itu,” katanya.
Namun, perjuangan tersebut menurutnya telah dizolimi. Sebab, WS, putra Soetjipto justri tidak direkomendasi. “Makanya saat ini banteng lama bersatu untuk dukung Pak Machfud karena Pak Whisnu ini dizolimi. Kalau sudah dizolimi harus melawan daripada mati pelan-pelan,” katanya.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC PDIP Surabaya Anas Karno merespon santai sikap senior PDIP tersebut. Alasannya seluruh mesin partai telah berjalan seiring dengan instruksi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Kami rasa, itu bukan mesin PDI Perjuangan. Silakan,” ujarnya.
Sebelumnya Sekjen DPP PDIP Hasto Kritiyanyo juga mengancam pecat kader yang tidak mengikuti partai mendukung Eri Cahyadi. Ancaman tersebut disampaikan Hasto saat berkungku ke Surabaya.
Diketahui Banteng Ketaton diisi para senior PDIP Surabaya. Beberapa di antaranya Sunardi, Mat Mochtar dan Andreas Widodo. Mereka ini dahulunya merupakan kader awal PDIP dari pertama munculnya PDI Pro Mega (Promeg).
Di tahun 1998 ketiganya bersama dengan salah satu pendiri PDIP Almarhum Soetjipto juga melakukan cap jempol darah tanda mendukung Megawati sebagai ketua umum tunggal PDIP di Posko Jalan Pandegiling.
Editor: Ihya Ulumuddin