Sosok Marsma Subhan Korban Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan: Tegas, Tak Pernah Marah
MALANG, iNews.id - Keluarga mengenang sosok almarhum Marsma TNI (Anumerta) Subhan, korban pesawat TNI AU jatuh di Pasuruan, Jawa Timur (Jatim), sebagai pribadi yang baik dan tidak pernah marah. Komandan Wings II Lapangan Udara (Lanud) Abdul Rachman Saleh, Malang, itu terkenal memiliki hubungan baik dengan keluarga besar, terutama saudara-saudaranya.
Supriyanto, adik kandung Subhan, menyatakan sang kakak kerap berinteraksi dan bersilaturahmi dengan semua pihak. Bahkan, beberapa staf dan teman kerjanya juga kerap mengenang sosok Subhan sebagai pribadi yang penyabar.
"Dengan saudara-saudaranya sangat baik, dengan keluarganya, sama orang tua, mertua, sama rekan-rekannya, termasuk kesan-kesan stafnya, beliau itu orangnya enggak pernah marah," kata Supriyanto ditemui seusai pemakaman di TMP Surapati, Malang, Jumat (17/11/2023).
Dirinya juga mengenang sang kakak sebagai pribadi yang patut dicontoh. Pasalnya kendati berlatar belakang militer yang keras, hal itu tidak sama sekali terlihat di diri Subhan. Bahkan Subhan disebut pribadi yang tegas namun lembut, mengedepankan persuasif dan keramahan.
"Jauh sekali tentang image kita tentang sosok militer. Biasanya kan keras, galak, tapi lebih ke tegas, kalau Mas Subhan tegasnya tegas halus, dia bisa pendekatan persuasif, sama keluarga sama relasi pekerjaannya," ucapnya.
Cara Subhan mendidik anak-anaknya juga menjadi contoh keluarga. Pria kelahiran 1977 itu tak pernah berkata kasar dan marah ke istri, anak, dan keluarga besarnya.
"Sama misalnya kita sama saudara-saudara tidak pernah kita melihat dia marah, atau bersuara keras jauh sekali," kata dia.
Sementara itu, Santini, ibu Subhan, mengenang anaknya sebagai pekerja keras dan pantang menolak tugas. Di balik kerja kerasnya, Subhan dianggap sangat ramah dan baik ke semua orang.
Perempuan berusia 73 tahun itu tak bisa banyak berkata-kata karena terkejut mendengar kematian sang anak.
"Saya tidak kumpul karena saya di Madura dan anak saya di Malang, baik, ramah anaknya, sama orang tua itu juga hormat. Yang kemarin ini (terbang kejadian) tidak pamit. Dia cuma sempat bilang mau mengantarkan anaknya pelantikan taruna," kata Santini.
Sang ibu terakhir kali berkomunikasi dengan Subhan saat akan terbang sebelum kejadian. Menurutnya, Subhan kerap menceritakan apa yang akan dikerjakannya.
"Komunikasi setiap hari sama istrinya, tapi kemarin cuma pulang mau mengantarkan anaknya pelantikan taruna," tuturnya.
Diketahui, Marsma TNI Anumerta Subhan menjadi satu dari empat korban pesawat Super Tucano yang jatuh di Pasuruan. Subhan mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kolonel menjadi Marsma.
Selain Subhan satu rekan kerjanya yakni Widiono Hadiwijaya juga mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kolonel ke Marsma.
Sementara dua korban lain yakni Sandhra Gunawan naik dari Letkol menjadi Kolonel Anumerta. Sementara Yuda A Seta naik pangkat dari Mayor menjadi Letkol Anumerta.
Editor: Rizky Agustian