Setelah Gejayan Memanggil, Kini Beredar Luas Seruan Demonstrasi Surabaya Menggugat
SURABAYA, iNews.id – Seruan turun ke jalan terus bermunculan di media sosial, setelah viralnya aksi damai Gejayan Memanggil. Di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), kini beredar luas Surabaya Menggugat. Isi seruan sama, mengajak semua masyarakat, termasuk mahasiswa, berdemonstrasi di Gedung DPRD Jatim pada Kamis (26/9/2019) besok.
Seruan demonstrasi ini juga dikemas lewat berbagai poster. Desain dan tulisannya bervariasi, kendati isu yang diangkat sama. Di antaranya menolak pengesahan revisi Undang-Undang (UU) KPK, pembahasan RKUHP, dan kecurigaan adanya upaya pembelokan demokrasi.
Poster seruan untuk berdemonstrasi di Kota Surabaya, Jatim, yang beredar luas di media sosial. (Foto: Istimewa)
Beberapa poster tersebut antara lain #Surabaya Menggugat. Poster berwarna merah ini menggunakan latar Tugu Pahlawan. Sementara seruan ditulis dengan gaya khas Suroboyaon, “Budalo Cok”.
Seruan ini ditujukan kepada semua masyarakat, mulai dari pekerja, pelajar, mahasiswa, hingga tukang nongkrong yang disebut nyangkruk, dan bermain atau mabar.
“Arek-arek, kerjo, sekolah, kuliah, nggojek, nyangkruk, mabar. Budalo Cok”, demikian seruan itu tertulis.
Beberapa poster lainnya gambar gedung utama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Di atas gedung, tertulis kalimat, 'Surabaya Memanggil Kaum Pergerakan'. Sementara di bagian bawah tertulis Prei Kuliah, Prei Kerja, Prei Sembarange. 'UINSA RESMI LIBUR 26 SEPTEMBER 2019'.
Poster ajakan berdemonstrasi dari UINSA. (Foto: Istimewa)
Presiden BEM UINSA, Ongki Fahrurrozi mengakui akan melakukan aksi pada 26 September besok. Namun, dia tidak pernah membuat poster, sebagaimana banyak beredar di media sosial.
“Kami akan melakukan aksi bersama BEM se-Surabaya. Semua akan bersatu. Unair, Unesa, UINSA, dan BEM-BEM yang lain. Kami masih akan konsolidasi teknisnya,” katanya.
Diketahui, sejak Senin (23/9/2019) lalu, aksi mahasiswa terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Seruan aksi ini kali pertama muncul di Yogyakarta, kemudian disusul di Kota Malang, Bandung, Cirebon, serta di Ibu Kota Jakarta.
Editor: Maria Christina