Profil Siti Marwiyah Rektor Baru Unitomo: Pekerja Keras dan Rajin Puasa Daud sejak Muda
JAKARTA, iNews.id - Adik bungsu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD, Siti Marwiyah, memenangkan pemilihan rektor Universitas dr Soetomo atau Unitomo, Surabaya. Siti unggul telak atas pesaingnya, Meithiana Indrasari Yunu.
Dalam pemilihan yang digelar Sabtu (8/5/2021), Siti meraup 69,2 persen, sedangkan Meithiana meraih 30,8 persen suara. Berdasarkan jadwal, Siti akan dilantik sebagai rektor pada 31 Mei 2021.
Siti meneruskan kepemimpinan Bahrul Amiq yang telah menjabat rektor dua periode. Dengan kemenangan ini, Siti yang saat ini wakil rektor I Unitomo itu akan memimpin dalam periode 2021-2025.

Siti bersyukur atas hasil pemilihan itu. Akademisi yang mengusung tagline "Unitomo Maju" ini menegaskan, pencalonannya sebagai rektor bukan semata-mata untuk meraih kekuasaan. Lebih dari itu, dia bertekad melakukan evaluasi setiap kegiatan dan mendengar aspirasi civitas akademika.
"Komitmen kami adalah membangun kebersamaan dengan kepemimpinan transformasional demi terciptanya kampus Universitas Dr Soetomo yang maju dan harmonis," katanya.
Siti Marwiyah lahir di Pamekasan, Madura, 28 April 1968. Masa kecil dan remajanya hingga SMA dihabiskan di kampung halaman.
Sebagaimana anak-anak lain, kehidupan masa remaja Siti Marwiyah juga diisi dengan membantu orangtua. Desa kelahirannya merupakan kawasan pertanian tembakau. Tak mengherankan Siti muda juga turut berjibaku merawat tanaman itu.
“Saya pernah mengalami apa yang namanya menyiram tembakau, sejak Subuh sampai menjelang Magrib,” ujar Siti dikutip dari akun Youtube BBS.
Dia menceritakan, menyiram tanaman tembakau itu juga butuh perjuangan. Dia harus mengambil air dari sungai yang jalannya terjal.
Kehidupan kuliah juga dilakoni penuh perjuangan. Menyadari untuk mengenyam pendidikan tinggi itu dirinya dibiayai orang tua, Siti menjalani dengan laku keprihatinan.
Menurut dia, gaya hidup di kos berbeda dengan teman-temannya yang relatif mapan. Siti harus berhemat agar tak membebani keluarga.
“Saya sampai mengalami yang namanya sehari puasa, sehari tidak (puasa Daud), dalam rangka menghemat perekonomian,” tuturnya.
Namun keadaan itulah yang membuatnya bertekad suatu saat harus menjadi orang sukses. Dia tidak ingin menyia-siakan kesempatan yang diberikan orangtua.
Siti menegaskan, keinginannya belajar serius hanya ingin membahagiakan orangtua dan kakak-kakanya yang selalu mendukung.

Sebagaimana kakaknya, Mahfud MD, Siti menuntaskan pendidikan sarjana dan pascasarna di bidang hukum. Dia pun memutuskan untuk berprofesi sebagai akademisi.
Berbagai karya dihasilkan antara lain, Perlindungan Hukum atas Merek Terkenal (2010), Dekonstruksi Akar Korupsi dari Pola Kemitraan Antara Jaksa dengan Pimpinan Daerah (2018), Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN (2017), dan Dampak Revolusi Gaya Korupsi Terhadap Konstruksi Negara Hukum Indonesia (2016).
Bersama Bahrul Amiq, Siti Marwiyah turut membidani lahirnya firma hukum di Jalan Ngaglik, Tambaksari, Surabaya. Bagi Siti, hukum bukan dunia baru. Sejak 1996 dia juga telah berprofesi sebagai advokat.
Nama Siti sempat menjadi perhatian kala rumah orangtua Mahfud MD digeruduk ratusan orang saat pemerintah resmi menyatakan FPI bubar karena tak memiliki dasar hukum. Orang-orang yang diduga simpatisan FPI mendatangi dan melakukan intimidasi ke rumah orangtua Mahfud di Pamekasan.
Tak lama setelah kejadian itu, Siti Marwiyah melalui video pendek menyampaikan situasi yang terjadi. Dia juga menyebut ibundanya syok dengan kejadian tersebut.
Editor: Zen Teguh