Produksi Padi di Bojonegoro Turun 120.000 Ton
BOJONEGORO, iNews.id - Jumlah produksi padi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mengalami penurunan hingga 120.000 ton. Kondisi ini dipicu cuaca buruk yang berakibat banyaknya tanaman padi yang gagal panen. Selain itu, penurunan produksi padi juga disebabkan adanya petani yang beralih ke jenis taman lain.
Sejumlah daerah di Bojonegoro, Jawa Timur, saat ini sudah memasuki masa panen raya. Seperti yang terlihat di Desa Kedungarum, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jumat (26/1/2018) pagi. Pantauan wartawan iNews di lapangan, para petani sejak Senin pagi telah mulai memanen tanaman padi yang ada di sawahnya. Total luas lahan tanaman padi yang mulai memasuki di kecamatan tersebut mencapai 1.800 hektar.
Meski telah memasuki masa panen, namun produksi padi di kabupaten yang dikenal sebagai lumbung padi nasional itu mengalami penurunan yang cukup signifikan. Padahal, Bojonegoro selama ini menjadi salah satu penopang produksi padi di Jawa Timur.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dan Holtikulura Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Zainal Fanani mengatakan, jumlah produksi padi pada 2016 yakni sebanyak satu juta ton. Namun pada 2017, produksi padi di Bojonegoro menurun menjadi 880.000 ton, atau mengalami penurunan sebanyak 120.000 ton.
Menurunnya penurunan jumlah produksi padi disebabkan sejumlah faktor, seperti cuaca buruk yang berimbas pada banyaknya tanaman padi yang gagal panen, banjir luapan Sungai Bengawan Solo, serta banyaknya petani yang beralih ke jenis tanaman lain.
Seperti yang terlihat di Desa Kalisari, Kecamatan Baurno, Bojonegoro. Para petani terpaksa harus memanen dini tanaman mereka lantaran sudah beberapa hari terendam banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Hasil panen pun turun hingga 70 persen dibanding dengan kondisi normal.
“Akibat banjir dari Sungai Bengawan Solo, kami terpaksa panen lebih awal. Padinya harusnya kurang seminggu lagi baru bisa dipanen. Dengan begini produksi padinya berkurang sampai 70 persen,” ucap Sujito, salah seorang petani di Desa Kalisari.
Hal senada disampaikan Enik, petani lainnya asal Desa Kalisari, Kecamatan Baurno. Banjir dari aliran Sungai Bengawan Solo membuat petani merugi besar. “Ini sudah kedua kalinya di tahun ini Pak. Daripada makin rugi kami panen saja sekarang padinya,” kata Enik.
Editor: Himas Puspito Putra