get app
inews
Aa Text
Read Next : Pohon Tumpang Timpa Mobil di Bojonegoro, 3 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Polda Jatim Awasi Orang Gila Hingga Simbol Agama

Selasa, 20 Februari 2018 - 14:28:00 WIB
Polda Jatim Awasi Orang Gila Hingga Simbol Agama
Orang gila pelaku penyerangan Kiai Hakam Mubarok di Lamongan. (Foto: iNews/Hartam)

SURABAYA, iNews.id – Banyaknya kasus kekerasan terhadap pemuka agama dengan pelaku “orang gila” di Jawa Timur membuat Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) waspada. Saat ini misalnya korps berbaju coklat ini membentuk tim khusus bersama TNI dan Dinas Sosial di Kabupaten/Kota di Jatim.

Selain mengamankan simbol-simbol agama, mereka juga akan gencar melakukan razia terhadap orang gila yang berada di jalanan. Bagi mereka, langkah antisipatif ini penting untuk meminimalisasi terjadinya kasus kekerasan yang belakangan marak terjadi.

“Razia orang dengan gangguan jiwa ini penting sebagai langkah antisipatif. Sebab, hampir semua kasus kekerasan yang terjadi, pemicunya adalah orang gila. Kami tidak ingin kecolongan lagi,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, Selasa (20/2/2018).

Tak hanya itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Korem maupun Kodim di Kabupaten/kota untuk bersama sama memberikan pengamanan terhadap simbol simbol agama maupun tokoh tokoh agama. “Mengawal semua pesantren. Apa kebutuhan pesantren akan kita penuhi dalam rangka pengamanan,” katanya.

Barung mengakui belum ada kesimpulan mengenai kekerasan yang diduga dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa tersebut. Misalnya, apakah kasus tersebut benar-benar diskenariokan, atau memang murni tindak kriminal biasa. “Untuk masalah ini (motif kekerasan) masih dalam penyelidikan,” ujarnya.

Di luar itu, Barung juga menekankan kepada media, bahwa dua kasus yang terjadi yakni peristiwa di Tuban dan Lamongan adalah bukan kasus penyerangan.

“Terminologi penyerangan adalah seseorang atau kelompok yang datang kepada tempat tertentu untuk melakukan pengrusakan dan penganiayaan dan sebagainya. Sementara di Lamongan dan Tuban tidak demikian,” terangnya.

Barung menceritakan, kasus di Tuban hanyalah orang yang ingin berobat kepada salah satu Gus. Karena pelaku sering berobat tapi menunggu dari pagi sampai semalam tidak dilayani sampai pagi, hasilnya dia merusak. “Kasus Tuban itu adalah kasus yang paling betul-betul kentara sekali bahwa itu bukan penyerangan,” katanya.

Sementara itu, kejadian di Lamongan adalah seseorang yang diminta menyingkir dari tempat ibadah, namun yang bersangkutan marah, dan mengejar kyai tersebut. “Tidak ada penganiayaan. Yang ada hanyalah insiden yang sengaja dibesarkan. Kyai sendiri sudah menyatakan itu,” kata Barung.

Polda Jatim juga berharap, media tidak melakukan pembentukan opini atas kasus ini. Menurutnya, ada yang sengaja mengusik ketentraman Jatim. “Kami belum menyebutnya pihak lain. Tetapi ada isu ini sengaja disebar itu jelas,” katanya.

Editor: Himas Puspito Putra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut