Pengamat: Kasus Ratna Rentan Dipolitisasi, Polisi Jangan Berlebihan
SURABAYA, iNews.id – Polri diminta profesional dalam menangani kasus aktivis Ratna Sarumpaet. Korps berbaju coklat itu diimbau berhati-hati sebab kasus hoaks ini rentan bercampur persoalan politis.
Menurut pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surochim Abdus Salam, penanganan kasus Ratna Sarumpaet harus sesuai takaran. “Kalau sampai overdosis, empati publik bisa mendowngrade salah satu pasangan yang ikut maju dalam kontestasi Pilpres 2019,” katanya, Senin (8/10/2018).
Pada kasus ini, polisi harus proporsional. Jangan sampai ada kesan menggunakan kekuasaan untuk politik. Sebab pemilih Indonesia itu sensitif dan biasanya empati terhadap orang yang teraniaya.
“Jangan sampai polisi membuat kesan menganiaya salah satu pihak. Polisi harus bergerak di atas alas hukum, independen dan netral. Tidak bergerak untuk politik karena akan kontraproduktif terhadap pemegang kekuasaan,” ujarnya.
Surochim mengungkapkan, politisasi kasus Ratna Sarumpaet bukan hanya bisa mengakibatkan citra buruk bagi calon presiden (capres) petahana. Tetapi, juga bagi institusi Polri.
“Makanya harus berdiri di atas hukum yang gamblang saja biar tidak menimbulkan kontroversial,” ucap Dekan FISIP UTM tersebut.
Kekhawatiran Surochim ini muncul karena salah satu tokoh senior Muhammadiyah Amien Rais akan ikut dipanggil polisi dalam penanganan kasus Ratna. Sementara simpatisan Amien Rais di Muhammadiyah cukup banyak. Pemilih Muhammadiyah juga sangat solid dan itu belum mampu ditembus kubu Jokowi dengan signifikan.
“Jika polisi tidak hati-hati justru akan semakin menyolidkan pemilih Muhammadiyah. Sebab bagaimana pun, pak Amien punya ikatan kultural dengan Muhammdiyah jadi polisi harus hati hati,” tuturnya.
Terpisah, pengamat politik dan budaya dari UIN Sunan Ampel Zainul Hamdi juga berharap polisi memastikan penanganan kasus hukum Ratna Sarumpaet sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga tidak menimbulkan persepsi lain di masyarakat. “Proporsional saja. Sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujar Hamdi.
Editor: Donald Karouw