Pedagang Minta Risma Keluarkan Izin Operasional Pengelolaan Pasar Turi

SURABAYA, iNews.id - Kisruh pengelolaan Pasar Turi Surabaya yang berlarut-larut membuat para pedagang meradang. Pasar itu kini seakan mati suri sehingga berdampak buruk bagi pedagang mau pun juga perekonomian Kota Surabaya.
Padahal sebelum terjadi kebakaran, perputaran uang di pusat grosir Jatim ini bisa mencapai Rp15 hingga Rp20 miliar sehari. Namun, kondisi saat ini sudah sulit dikalkulasi.
"Yang dirugikan ini bukan kami saja, tetapi juga perekonomian Jatim dan Surabaya. Ini tak ada hubungannya dengan investor. Makanya tolong Bu Risma (wali kota) bijak melihat persoalan ini," kata salah satu pedagang depot makanan, Ita Sulistiani Senin (27/8/2018).
Dia mengatakan, ribuan pedagang saat ini resah dengan kondisi Pasar Turi. Nasib mereka seolah digantung oleh Pemkot Surabaya. Keresahan itu semakin menjadi setelah melihat pengunjung dan pembeli usai pembangunan gedung baru tak seramai sebelumnya. Salah satu sebabnya lantaran pasar belum difungsikan maksimal.
"Begini, kami jualan di sini (Pasar Turi baru) tapi tempat penampungan sementara (TPS) tidak dibongkar, yah bagaimana dagangan kami mau ramai," ujarnya berkeluh kesah.
Ita meminta Pemkot Surabaya menertibkan TPS yang berdiri di depan Pasar Turi sehingga pembeli akan berbelanja masuk ke dalam yang baru dibangun tersebut. Dengan tidak dibongkarnya stan menunjukkan tidak adanya komitmen dan keberpihakan Pemkot Surabaya untuk menjadikan Pasar Turi sebagai pusat aktivitas perekonomian.
"Izin operasional juga belum keluar, padahal kami sudah bertahun-tahun mengisi (stan gedung),” katanya.
Diketahui, total jumlah stan di Pasar Turi Baru yang sudah selesai dibangun sebanyak 6.400 unit. Pembangunannya sudah rampung sejak 2014. Dari jumlah itu, 4.500 unit kios telah terjual ke pedagang, yakni 3.600 unit ke pedagang lama dan 900 unit pedagang baru. Serah terima kios pun berlangsung sejak Desember 2014 sampai awal 2015.
Editor: Donald Karouw