get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerita Awal Kemunduran Kerajaan Kalingga hingga Munculnya Mataram Kuno

Misteri 2 Makam Tua di Keraton Gunung Kawi Malang, Keturunan Mpu Sindok? 

Selasa, 24 Oktober 2023 - 09:43:00 WIB
Misteri 2 Makam Tua di Keraton Gunung Kawi Malang, Keturunan Mpu Sindok? 
Dua makam di kompleks Keraton Gunung Kawi yang dipercaya keturunan Mpu Sindok. (Avirista Midaada).

MALANG, iNews.id - Keberadaan dua makam di Keraton Gunung Kawi Malang masih menjadi misteri. Kedua makam tua itu disebut sebagai keturunan Mpu Sindok era Kerajaan Mataram kuno

Dua makam itu yakni makam bertuliskan Toenggol Manik Djaja Ningrat dengan tahun di nisan 1115 dan Toenggol Wati, yang ada di kompleks Keraton Gunung Kawi, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Sejarawan Malang Suwardono pun meluruskan narasi sejarah yang berkembang di Keraton Gunung Kawi Malang. Menurutnya, melihat batu nisan, makam itu merupakan bentuk makam islam. Apalagi, secara lokasi, makam itu menghadap utara selatan seperti halnya permakaman Islam lainnya.

"Secara arkeologi itu makam baru, namanya Keraton itu baru. Kalau makamnya memang lama (dibandingkan keratonnya), itu makam-makam orang Islam. Kalau makam kemudian dikulturkan, cara-cara penguburan dengan ada nisannya, ada arah hadapnya utara selatan itu jelas zaman-zaman Islam," kata Suwardono, Selasa (24/10/2023) 

Secara jarak waktu kata Suwardono juga tak relevan. Pasalnya melihat konstruksi makam itu merupakan bangunan makam-makam era Islam atau sekitar abad 18 ke atas. Apalagi diperkuat dengan cerita bahwa itu merupakan makam keturunan Mpu Sindok yang berada dari Kerajaan Kediri.

"Jadi sebetulnya nggak ada hubungannya. Tapi sama masyarakat itu informasinya dari mulut ke mulut, cerita-cerita.  Faktanya nggak menunjukkan itu, antara zaman Islam sama-sama Kediri saja beda jauh. Zaman Kediri saja dengan zaman Mpu Sindok juga beda jauh," katanya. 

Bila berpedoman pada bentuk makam yang menyerupai makam Islam ini dia yakin bahwa makam itu ada sekitar tahun 180-an, atau ketika masa Pangeran Diponegoro. Di mana saat itu memang banyak orang-orang dari barat melalui wilayah Kadiri ke timur. Maka dia pun ragu bila makan itu memiliki hubungan dengan Mpu Sindok.

"Itu kan makamnya makam islam, nisannya juga, orang-orangnya di masa islam. Kalau memang seperti itu biasanya orang-orang yang sezaman hidupnya, dengan Eyang Jugo tahun 1800-an. Saat itu sudah banyak orang-orang barat yang melalui kadiri ke Timur, ketika masa-masa Perang Diponegoro itu. Sehingga di Malang itu banyak namanya punden sentono itu banyak," katanya.

Dia pun mengaku berdasarkan peninggalan dan artefak sejarah arkeologis, juga dipastikan tidak ada peninggalan Mpu Sindok dan prasasti-prasastinya di kawasan sekitar Gunung Kawi. Apalagi saat itu di masa Kerajaan Mataram semasa Mpu Sindok berkuasa tak diperoleh bukti peninggalan sejarah yang menguatkan di sekitar Gunung Kawi.

"Makanya pas saya tanya keterkaitan dengan Mpu Sindok di Gunung Kawi kaget. Saya meneliti secara khusus peninggalan-peninggalan Mpu Sindok dan prasasti-prasastinya, sampai detail enggak ada (di sekitar Gunung Kawi)," kata dia.

Penemuan peninggalan sejarah mengenai Mpu Sindok hanya terjadi ketika Mpu Sindok masih menjadi patih dari raja bernama Mpu Daksa saat masih beribukota di Jawa Tengah. Salah satu yang disebut Suwardono, yakni peninggalan Candi Songgoriti yang berada di sisi barat lereng utara Gunung Kawi.

"Tapi itu pada masa berbeda, itu saat Mpu Sindok masih menjadi patihnya Mpu Daksa. Terus ada lagi Prasasti Sengguran di lereng Gunung Kawi, Sindok itu masih menjadi patihnya Daksa," katanya. 

Jika pun ada kaitannya penemuan lempengan-lempengan tembaga yang diduga prasasti di kawasan Gunung Kawi, maka perlu diteliti kembali kebenarannya. Sebab bisa saja prasasti itu letaknya bukan di situ, apalagi lempengan tembaga cukup mudah dipindah ke mana-mana. 

Diketahui, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi bernama Jono menuturkan, dua makam itu merupakan seorang tokoh asal Kerajaan Kediri yang masih keturunan Mpu Sindok. Keduanya konon meninggal dan dimakamkan di daerah Gunung Kawi pada 1115.

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut