Luar Biasa, Mantan Preman Ini Sukses Ternak Lebah Madu hingga Naik Haji

PROBOLINGGO, iNew.id - Seorang mantan preman asal Kabupaten Probolinggo, sukses budi daya madu lebah. Selama pandemi Covid-19 , laki-laki bernama Abdul Rohman (55), warga Desa Boto, Kecamatan Lumbang ini bahkan meraup untung cukup besar.
Abdul mengaku, sejak Covid-19 permintaan madu cukup tinggi. Bahkan, dalam sebulan dia bisa mendapat untung hingga Rp40 juta.
Untuk budi daya madu lebah ini, Abdul memanfaatkan lahan yang dikelilingi pohon randu dan mangga. Lokasi tersebut dianggap cocok bagi lebah untuk bertahan hidup. Sebab, ada banyak pasokan makanan berupa nektar bunga randu dan mangga.
“Alhamdulillah, permintaan banyak sekali selama Covid-19. Sebab, banyak orang mengonsumsi madu untuk meningkatkan imun tubuh,” katanya, Rabu (6/1/2021).
Infromasi yang dihimpun, Abdul Rohman awalnya hanya seorang preman. Dia bahkan dikenal sebagai raja maling di desanya. Karena pekerjaan itulah dia dipercaya seseorang untuk menjadi penjaga malam di lahan lebah madu milik warga jawa tengah.
Beberapa tahun ikut orang, Abdul Rahman akhirnya sadar. Sekitar 5 tahun silam dia menjual sepeda motor yang menjadi harta satu-satunya untuk dibelikan kotak sarang lebah dan mencoba menjadi peternak lebah.
Berkat kerja keras dan keuletannya, kotak lebah yang awalnya hanya puluhan, berkembang menjadi ratusan. Saat ini, kotak sarang sudah lebih 300 buah.
“Saya mulai dari nol, alhamdulillah terus berkembang, sampai saya dan keluarga dipanggil (Allah) pergi haji,” katanya.
Pembina ternak lebah Wahyudi mengatakan, lebah madu milik Abdul Rahman terbilang produktif. Pada masa panen, madu bisa diambil setiap 15 hari sekali. “Satu kali penen bisa sampai 5 kwintal madu. Banyak sekali,” katanya.
Agar produksi madu terus berjalan, Abdul Rohman selalu berkeliling dari daerah satu ke daerah lain untuk mencari pohon randu dan mangga yang sedang berbunga. Di tempat itu, lebah dilepasliarkan untuk berproduksi.
Selain di wilayah Probolinggo, Abdul Rahman juga keliling hingga ke Lumajang, Jember dan Bondowoso.
Editor: Ihya Ulumuddin