get app
inews
Aa Text
Read Next : Sumatera dan Kalimantan Masuk Musim Hujan, Bertahap Meluas ke Selatan hingga Timur Indonesia

Kisah Sultan Amangkurat I, Dibikin Marah Pengeran Jambi hingga Berlaku Tak Hormat 

Sabtu, 03 Juni 2023 - 07:36:00 WIB
Kisah Sultan Amangkurat I, Dibikin Marah Pengeran Jambi hingga Berlaku Tak Hormat 
Sultan Amangkurat I dari Mataram (Foot: Dok perpusnas.go.id)

SURABAYA, iNews.id - Kerajaan Mataram Islam di bawah Sultan Amangkurat I terus berusaha melebarkan kekuasaan di wilayah Sumatera. Gegara upaya itu, sang sultan sempat dibikin marah oleh ulah Pangeran Jambi. 

Pada catatan sejarah, Kerajaan Mataram sukses berekspansi ke sebagian wilayah Sumatera saat dipimpin Sultan Agung, yakni wilayah Palembang dan Jambi. Kekuasaan atas wilayah Sumatera inilah yang diwariskan kepada anaknya Sultan Amangkurat I. 

Konon Pada tahun 1651, Sultan Amangkurat I menerima utusan dari kedua daerah tersebut datang ke Mataram. Utusan Belanda untuk Mataram Van Goens menceritakan bahwa pangeran Jambi datang sendiri ke istana Mataram. Van Goens menjumpainya pada tanggal 21 bulan April sang pangeran Jambi tersebut di hutan jati antara Jatijajar dan Semarang.

Konon dia mengadakan pembicaraan dengan orang Jambi itu mengenai banyak masalah, sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf. Konon sang pangeran Jambi itu sedikit membangkang ketika dipanggil oleh penguasa Mataram itu.

Pangeran Jambi itu sudah dipanggil berkali-kali selama empat sampai lima tahun berturut-turut, tetapi Pangeran Jambi itu baru menghadap di tahun keenamnya. Hal itu pula yang membuat sang penguasa Mataram itu naik pitam marah. Karena itu, Pangeran Jambi diperlakukan tidak hormat, berbeda ketika sang penguasa Mataram itu menerima tamu dari orang-orang Belanda.

Berbeda perlakuan dengan urusan Jambi, Sultan Mataram itu menyambut berbeda utusan Palembang yang datang ke istana. Bahkan, kedua utusan itu ditahan lama sekali dan mendapat sambutan yang ramah dan bersahabat.

Sebagaimana dicatatkan Van Goens, orang Jambi dan orang Palembang itu tidak akan mudah kembali pulang, tetapi dengan satu dan lain alasan akan ditahan oleh Susuhunan. Seperti juga telah terjadi dengan utusan-utusan lain, untuk membuat mereka lebih tunduk lagi pada Mataram.

Sehubungan dengan itu, orang tentu akan ingat kepada Cirebon. Tetapi dugaan ini ternyata tidak benar. Mereka berdua kembali ke tanah air masing-masing dengan selamat, sekalipun tidak dengan segera.

Pentingnya kunjungan kedua utusan dari Pulau Sumatera ini digambarkan pada Babad Momana. Pada Babad Momana yang tercatat pada tahun 1573 J atau diperkirakan mulai 25 Desember 1650 Masehi. Saat itu Babad mengisahkan seorang adipati dari Jambi menghadap kepada Sunan Mataram.

Dia menyampaikan dengan segala hormat pakaian seorang hamba raja Adipati Jambi untuk sowan atau menghadap nyaosi panganggeni abdi dalem. Babad Sangkala menambah keterangan ini dengan catatan tentang kedatangan utusan-utusan Palembang. Mereka datang untuk menyampaikan berita tentang mangkatnya raja mereka (wong Jambi myang Palembang prapta matur ratunya pejah).

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut