Kisah Pertemuan Sunan Kalijaga dengan Perampok Madura, Cerita Pertapaan 44 Tahun
MALANG, iNews.id - Sunan Kalijaga dikenal sebagai pribadi yang memiliki kesaktian dan karomah sebagai seorang waliullah. Salah satu kesaktiannya saat menjadi Wali Songo yakni bisa mengetahui isi hati orang lain.
Kisah kesaktian Sunan Kalijaga yang mampu mengetahui isi hati orang lain diawali sesaat setelah dia bertobat hingga akhirnya menjadi bagian dari Wali Songo penyebar agama Islam di Tanah Jawa. Sebelum menjadi waliullah bertobat, Raden Sahid nama aslinya lebih dahulu terkenal dengan perampok yang hebat.
Bahkan karena kehebatannya, namanya melanglang buana ke beberapa penjuru Tanah Jawa, termasuk ke Pulau Madura. Kebetulan di Madura saat itu ada seorang perampok yang disegani dan terkenal bernama Cakrajaya.
Mendengar nama Sunan Kalijaga yang pada waktu itu begitu populer dan dikenal dengan nama Lokajaya, perampok itu penasaran dan bermaksud menemui Sunan Kalijaga yang diketahuinya masih menggeluti dunia hitam. Sebagaimana dikisahkan pada buku 'Kesakitan dan Tarekat Sunan Kalijaga' tulisan Rusydie Anwar. Saat itu Sunan Kalijaga sudah bertobat dan menjadi murid dari Sunan Bonang.
Mengetahui hal itu, Sunan Bonang memanggil Sunan Kalijaga dan mengatakan ada seseorang yang kemungkinan berniat jahat kepada Sunan Kalijaga. Sunan Bonang pun meminta agar Sunan Kalijaga membersihkan hati sang perampok bernama Cakrajaya yang tadi akan menemui Sunan Kalijaga.
Suatu waktu Sunan Kalijaga dikisahkan tengah berjalan di sebuah perkampungan. Dia berpapasan dengan warga kampung yang mau melaksanakan aktivitas, seperti pergi ke ladang dan pasar. Pada saat berjalan, Sunan Kalijaga menyanyikan syair-syair yang sangat merdu sehingga ada seorang warga terpukau syair yang dinyanyikan olehnya.
"Syair itu sangat bagus," kata orang tersebut kepada Sunan Kalijaga saat bertemu.
Namun orang itu tidak tahu sosok yang menyanyikan syair-syair merdu itu. Sunan Kalijaga pun membalas perkataan orang tersebut. "kalau kamu mencari seseorang, maka akulah yang kamu cari," kata Sunan Kalijaga kembali kepada orang itu.
Orang itu tidak lain Cakrajaya, perampok yang bermaksud menemui Sunan Kalijaga. Mendengar perkataan Sunan Kalijaga, Cakrajaya sangat terkejut karena orang yang barusan membacakan sebuah syair itu mengetahui maksud kedatangannya ke daerah itu.
"Mana mungkin kau Lokajaya yang saya cari. Pakaianmu tidak sebagaimana perampok, tapi seperti orang berdakwah saja," jawab orang itu kembali ke Sunan Kalijaga.
"Itulah aku yang sekarang. Aku telah meninggalkan pekerjaanku dulu. Kalau kamu punya keperluan terhadapku, maka bersihkanlah dulu hatimu," timpal Sunan Kalijaga lagi.
Mendengar perkataan jawaban Sunan Kalijaga, Cakrajaya tertegun. Diam-diam itu mengagumi Sunan Kalijaga, karena dapat mengetahui maksud hatinya datang ke tempat itu. Meskipun sebelumnya dia tidak pernah kenal dan bertemu.
Cakrajaya meyakini orang yang berada di depannya kini adalah orang hebat. Hal ini membuat dia memutuskan untuk berguru kepada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pun memberikan satu syarat kepada Cakrajaya. Cakrajaya diminta untuk pergi ke hutan bertapa merenungi dosa-dosanya.
Cakrajaya pun pamit ke Sunan Kalijaga pergi ke hutan untuk bertapa. Konon Cakrajaya bertapa selama 44 tahun, setelah Sunan Kalijaga mengunjunginya, dia merasa kesulitan menemui Cakrajaya karena hutan sudah sangat lebat.
Oleh karenanya, Sunan Kalijaga berinisiatif membakar hutan itu, setelah api reda, dia dapat melihat Cakrajaya masih dalam posisi duduk bersila dengan pakaian terbakar, namun tubuhnya tidak terbakar sama sekali. Sunan Kalijaga pun membangunkan Cakrajaya dan mengajarkan ilmu agama kepadanya.
Dia meminta Cakrajaya membangun sebuah desa di atas tanah bekas tempat dia bertapa dan terbakar. Sunan Kalijaga pun mengganti nama Cakrajaya menjadi Kiai Geseng. Geseng sendiri berarti terbakar. Kelak nama desa itu dikenal dengan nama Desa Geseng, sebuah desa kuno yang ada di daerah Tuban, Jawa Timur.
Editor: Donald Karouw