get app
inews
Aa Text
Read Next : Pertempuran Tegal dan Cilacap, Jejak Perlawanan ALRI Terhadap Agresi Militer Belanda 1947

Kisah Perang Jawa, 1.603 Tentara Belanda Tewas gegara Wabah Penyakit sebelum Pertempuran 

Kamis, 17 Agustus 2023 - 07:03:00 WIB
Kisah Perang Jawa, 1.603 Tentara Belanda Tewas gegara Wabah Penyakit sebelum Pertempuran 
Ribuan pasukan Belanda tewas gegara wabah penyakit mematikan saat perang Jawa.(ilustrasi).

SURABAYA, iNews.id - Penyakit mematikan membuat tentara Belanda kewalahan menghadapi Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Wabah penyakit itu membuat banyak pasukan Belanda meregang nyawa sebelum peperangan di masa Perang Jawa.

Tak kurang ada 6.000 infantri Eropa yang bertugas di Jawa Tengah bagian selatan antara Juli 1825 hingga April 1827, terserang penyakit. Bahkan konon ada 1.603 tentara tewas di akhir tahun kedua perang. Menyusutnya jumlah serdadu Eropa membuat kesulitan bagi komandan tempur Belanda untuk melakukan gerak ofensif yang menentukan. 

Sementara itu, bantuan serdadu lokal dari kerajaan-kerajaan yang mendukung Belanda, tidak bisa diandalkan sebagaimana dikisahkan pada "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)" tulisan Peter Carey. 

Sebagian besar serdadu bantuan berasal dari Madura Sumenep, Minahasa, Maluku, dan Sulawesi. Kebanyakan dari mereka yakni para serdadu pecandu opium. 

Tuntutan para prajurit lokal untuk membawa keluarga ke medan perang sangat mempersulit mobilisasi pasukan gerak cepat Belanda. Belum lagi ketika pada musim hujan antara November 1825 sampai April 1826, Belanda dihadapkan dengan serangan pasukan Pangeran Diponegoro. 

Sementara kemahiran perang gerilya yang dilakukan orang Jawa yang ternyata di luar prediksi Belanda. Terlihat latihan militer tentara Eropa yang klasik tidak cocok saat melawan strategi anti gerilya yang bergerak cepat.

Di sisi lain orang Jawa sendiri sangat mahir dan gigih. Berbekal peralatan seadanya, para gerilyawan Jawa terus merepotkan dan membuat letih musuhnya. Bahkan para pejuang gerilya ini hampir tidak memberi kesempatan terjadinya pertempuran biasa. 

Hal ini yang terus dimanfaatkan oleh pasukan Pangeran Diponegoro untuk menumpas Belanda, dan menguasai sejumlah tempat. Bahkan pasukan Pangeran Diponegoro ini bergerak leluasa memanfaatkan keterbatasan pasukan Belanda. 

Desa-desa di Mataram berhasil diduduki. Tempat-tempat kunci yang kuat pun juga turut diduduki pasukan Pangeran Diponegoro, di antaranya Keraton Tua Amangkurat I di Plered dikuasai. 

Alhasil ketika pasukan Belanda berusaha kembali merebut tempat-tempat yang dikuasai Pangeran Diponegoro memerlukan waktu yang cukup lama. Pasukan Belanda di bawah Kolonel Frans David Cochius, perwira zeni paling berpengalaman yang jadi bawahan Jenderal De Kock, perlu waktu tiga bulan menaklukkannya. 

Para prajurit unggulan Belanda ini terlihat kesulitan mengalahkan 400 pasukan Pangeran Diponegoro, yang mempertahankannya dapat dikalahkan dalam pertempuran yang paling berdarah. 

Konon di peristiwa perebutan kembali istana Plered dan beberapa tempat di Mataram oleh pasukan Belanda, membuat hampir seluruh prajurit pasukan Pangeran Diponegoro gugur, kecuali ada 40 orang yang berhasil selamat, termasuk sang pangeran sendiri. 

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut