get app
inews
Aa Text
Read Next : Kekayaan Wali Kota Cirebon, Effendi Edo Jadi Sorotan terkait Kenaikan PBB 1.000 Persen

Kisah Oey Tambahsia, Anak Pejabat Batavia Sombong yang Berakhir di Tiang Gantungan

Jumat, 24 Februari 2023 - 11:27:00 WIB
Kisah Oey Tambahsia, Anak Pejabat Batavia Sombong yang Berakhir di Tiang Gantungan
Oey Tambahsia (foto repro/ist).

BLITAR, iNews.id - Anak pejabat yang sombong dan suka pamer kekayaan pernah menghebohkan publik Batavia (sekarang Jakarta) di era Kolonial Belanda. Sosok tersebut yakni Oey Tambahsia, anak seorang letnan yang membawahi onderdistrict Kongsi Besar di Batavia, Oey Thoa.

Oey Thoa mengawali karir dari bisnis tembakau. Ia datang dari Pekalongan Jawa Tengah dan kemudian memiliki toko tembakau paling besar di Batavia. Di masyarakat, Oey Thoa juga dikenal sebagai seorang dermawan dan baik hati.

Namun kebaikan hati itu tidak diwarisi Oey Tambahsia, putra ketiganya. Pada usia 15 tahun, Tambahsia sudah memiliki reputasi sebagai pemuda yang sombong, takabur dan sekaligus royal.

Ke manapun pergi, kaki tangan pemuda yang masih ABG itu selalu mengikuti. “Setiap pagi dan sore, ia berkeliling kota dengan kudanya. Kepalanya dihiasi topi karpus sutra dan berpakaian necis model China,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu di Nusantara (2018).

Selain berwajah rupawan, Oey Tambahsia juga dikenal sebagai pemuda yang tajir. Setelah ayahnya meninggal dunia, ia memperoleh warisan kekayaan yang besar tanpa harus bekerja keras.

Tabiat sombong Oey Tambahsia untuk pamer kekayaan menghebohkan Batavia. Untuk memperlihatkan betapa kaya dirinya, Tambahsia memiliki kebiasaan mengelap kotorannya dengan lembaran uang.

Setiap kali usai buang hajat (berak) di kali Toko Tiga depan rumahnya, ia selalu membersihkan dengan lembaran uang kertas. Uang yang kotor dan bau itu lantas dibuangnya begitu saja dan menimbulkan keributan.

Sebab menjadi perebutan warga. “Tiap pagi selalu terjadi perkelahian orang-orang yang memperebutkan lembaran uang kertas tersebut”.

Namun yang bikin meresahkan adalah tabiat buruk Oey Tambahsia soal perempuan. Tambahsia seorang mata keranjang sekaligus hidung belang. Meski masih ABG, ia suka menganggu anak gadis dan bahkan mengajak serong istri orang.

Untuk mewujudkan keinginannya, Tambahsia mengandalkan kekayaan yang dimiliki serta tak segan melakukan kekerasan. Seorang perempuan cantik, istri pedagang kelontong di Tongkangan pernah diembatnya.

Istri orang itu ia kencani di Bintang Mas, yakni rumah peristirahatannya di wilayah Ancol. Sang suami sempat marah, namun juga tidak berdaya.

Perburuan perempuan cantik tak berhenti dilakukan. Di atas punggung kuda blasteran Sandelwood -Arab, matanya jelatatan menyusuri jalan dan perkampungan di sekitaran Betawi.

Mulai kawasan Glodok hingga Pasar Ikan disisirnya. Ia meluaskan area perburuan perempuan hingga kampung Pasar Baru dan Senen. Di Gang Kenanga Senen, Tambahsia tak sengaja melihat perawan cantik yang membuatnya terkesan.

Tanpa proses panjang, dipinangnya sang gadis dengan mendatangi orang tuanya. Tambahsia menikah pada usia 17 tahun. Ia menggelar pesta besar-besaran dengan menutup jalan umum Patekoan sekaligus mendirikan tenda-tenda.

Yang dilakukan Tambahsia adalah pelanggaran, namun dengan kekuatan hartanya semua dibereskannya. Berstatus suami tidak menghentikan kebiasaan Oey Tambhasia berburu perempuan.

Ia hanya betah satu bulan tinggal serumah dengan istrinya. Setelah itu kembali bertualang. Sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah plesirnya di Ancol, mengencani istri pedagang kelontong.

Seorang pesinden berparas ayu bernama Mas Ajeng Gunjing yang ia temui di Pekalongan juga menjadi simpananya. Kelakuan memburu gadis, janda maupun istri orang itu meresahkan pemuka masyarakat Tionghoa dan Dewan Tionghoa.

Namun mereka tak mampu berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Karenanya Tambahsia murka, ketika Liem Su King, seorang anak letnan China berani menghalangi kesenangannya.

Liem difitnahnya atas kasus kematian Oey Cun Ki (Ceng Ki) yang sebenarnya ia racun sendiri. Di saat sama, karena cemburu buta, Mas Sutejo, priyayi Pekalongan, kakak Mas Ajeng Gunjing, disingkirkannya.

Oleh kaki tangan Tambahsia, Mas Sutejo dihabisi. Kasus kekerasan disertai penghilangan nyawa yang dilakukan Oey Tambahsia itu pada akhirnya terungkap.

Ia divonis hukuman mati. Tambahsia mencoba menyelamatkan diri dengan melobi Gubernur Jenderal. Namun grasinya ditolak. Pada tahun 1856, petualangan anak pejabat yang arogan itu berakhir di tiang gantungan. 

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut