Kisah Kawin Paksa Pengeran Diponegoro dengan Anak Bupati Cepu yang Berujung Perceraian

SURABAYA, iNews.id - Kisah asmara Pangeran Diponegoro mungkin tak begitu sedramatis perjuangannya dalam melawan penjajah. Namun kisah percintaan Diponegoro muda layak disimak lantaran mengandung pelajaran.
Dikisahkan dalam buku 'Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 tulisan Peter Carey, Diponegoro muda menikah pertama kali pada 1803 Masehi. Pernikahan tersebut Diponegoro mempersunting anak Kiai Gede Dadapan, ulama terkemuka di Desa Dadapan, dekat Tempel.
Sang perempuan yakni Raden Ayu Retno Madubrongto, yang kelak menjadi putra tertuanya yang menyandang nama Raden Mas Ontowiroyo atau yang dikenal dengan Pangeran Diponegoro II. Dari sang anak inilah kisah-kisah heroik dan asmara ayahnya ditulis, melalui Babad Dipanagara Surya Ngalam.
Selang beberapa tahun kemudian Diponegoro dipaksa menikah oleh orang tuanya. Dia dibujuk kedua orang tuanya untuk menikah lagi dengan putri Bupati Panolan, atau sekarang Cepu Randublatung, bernama Raden Ajeng Supadmi. Pernikahan ini tak bisa dilepaskan dari strategi politis ayah Diponegoro Sultan Hamengku Buwono III.
Pernikahan kedua Diponegoro dengan putri Raden Tumenggung Notowijoyo III ini dirayakan secara besar-besaran, pada 27 Februari 1807. Pernikahan ini bahkan dicatat secara detail dalam surat-surat residen pemerintahan Belanda.
Salah satu hadiah resmi dari residen Belanda, yakni perkamen semacam kertas tulis dari kulit binatang, sepanjang lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini telah merek huruf kala itu.
Sebelum menikahi Raden Ajeng Supadmi, Diponegoro dan istrinya hanya mengenal tiga bulan. Pernikahan kedua Diponegoro ini pun tak bertahan lama. Konon Diponegoro dikisahkan tak terlalu bahagia dengan pernikahannya.
Usai menikah sang istri kedua Diponegoro, memilih tinggal di Keputren dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Namun Pangeran Diponegoro tidak pernah menyebut-nyebut istrinya yang keduanya ini.
Bahkan dalam pandangan Diponegoro II anak pertama dari istri pertama Pangeran Diponegoro, ada sekat antara istri pertama dan kedua Pangeran Diponegoro. Diponegoro II menggambarkan ibu tirinya memiliki perilaku arogan dan tidak adil terhadap istri pertama ayahnya, yang juga ibu kandungnya Madungbroto. Hal ini karena Madungbroto berasal dari kelas sosial lebih rendah, yang wafat dalam usia muda, sebelum pecahnya Perang Jawa.
Editor: Ihya Ulumuddin