Keluarga Pelaku Bom Bunuh Diri Dita Oepriarto Menutup Diri

SURABAYA, iNews.id – Sejak Dita Oepriarto, istri, dan empat anaknya terungkap sebagai pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018), keluarganya yang tinggal di kawasan Tembok Dukuh menutup diri dan menolak untuk menemui awak media.
Rumah keluarga Dita Oepriarto di Tembok Dukuh Satu terlihat sepi dan tertutup. Sejak muncul identitas pelaku bom bunuh diri di tiga gereja, keluarga menutup diri dari siapapun.
Dita Oepriarto merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Dodik dan Sumijati. Dari keterangan warga sekitar, Dita merupakan pribadi yang tertutup sejak duduk di bangku SMP. Saat memasuki sekolah SMA, Dita tidak tinggal bersama orang tuanya. Dia lebih memilih untuk tinggal kos, terkadang menginap di rumah temannya.
Saat menikah, Dita Oepriarto bersama istrinya sempat membeli rumah di depan rumah keluarga orang tua Dita. Namun, Dita akhirnya menjual rumah dan memilih pindah ke Perumahan Wonosari Asri Wonorejo Surabaya.
Rumah orang tua Dita Oepriarto di Tembok Dukuh, Surabaya, Jatim. (Foto: iNews/Sony Hermawan)
Selama tinggal di kawasan Tembok Dukuh, Dita jarang berkomunikasi dengan keluarga, baik orang tua maupun adik-adiknya. Padahal, jarak rumah Dita tak jauh dari rumah orang tuanya. Bahkan, saat pindah rumah, Dita pun memutus komunikasi dengan orang tua. Sang ibu yang kerap menelepon pun tidak pernah direspons.
Hingga saat ini, Kepala Cabang Makam Islam Tembok Gede Prastyono belum mengetahui pasti kapan jenazah Dita Oepriarto akan dimakamkan. Sampai saat ini, segala berkas administrasi untuk proses pemakaman belum masuk ke Kantor Makam Tembok Gede di Jalan Tembok Gang Kuburan.
“Sekarang ini kan belum ada perintah untuk dimakamkan di sini. Jadi mulai kejadian dari hari Minggu, trus saya mendapat kabar dari pimpinan saya Minggu sore itu, istilahnya standby lah. Nanti sewaktu-waktu kalau ada perintah masalah teroris itu, kami harus siap. Saya sudah nunggu Minggu malam, trus Senin pagi, sampai sekarang belum ada kelanjutannya,” papar Prastyono.
Sementara itu, warga sekitar mengatakan, rencana pemakaman Dita di Makam Tembok sempat mendapat penolakan dari warga sekitar. Terkait hal ini, Prastyono mengatakan, Makam Tembok merupakan pemakaman umum sehingga tetap akan menerima siapapun yang akan dimakamkan di sana selama dokumennya lengkap.
“Kalau makam umum meskipun warga nolak, kami kan nggak ngurusinlah. Pokoknya dokumen lengkap, trus ada perintah dari pimpinan saya kepala UPTD Makam menyetujui, ya saya terima pokoknya,” kata Prastyono.
Meski belum diketahui secara pasti kapan dan di mana jasad Dita Oepriarto akan dimakamkan, sempat ada wacana penolakan dari warga sekitar. Namun, saat ini warga sudah bisa menerima apabila almarhum Dita dimakamkan di area Pemakaman Tembok dan menyerahkan sepenuhnya sesuai prosedur.
“Ya kita ini, kan sama-sama umatnya Rasulullah, ya nggak apa-apalah. Tapi itu tergantung dari pihak warga lain. Kalau warga lain menolak, ya saya ngikut aja. Trus, kalau kebijaksanaan dari pihak makam boleh, ya nggak apa-apa,” kata warga setempat Efendi.
“Ya meninggal, ya enggak apa-apa dimakamkan di sini. Orang kalau sudah meninggal, model apapun dimakamkan di sini, ya enggak apa-apa,” kata warga lain, Muis.
Warga berharap tragedi bom bunuh diri di Surabaya menjadi yang terakhir kalinya. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Warga ingin hidup tenang dan berdampingan meskipun terdapat perbedaan antara mereka.
Editor: Maria Christina