Jembatan Gladak Perak Lumajang Hampir Tuntas, Idul Fitri Bisa Dilalui 

LUMAJANG, iNews.id - Proyek Pembangunan Jembatan Gladak Perak di Kabupaten Lumajang, hampir tuntas. Akses penghubung Kabupaten Lumajang-Malang ini bahkan diproyeksikan bisa dilalui saat Idul Fitri nanti. 

Saat ini jembatan yang dibangun di atas Sungai Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, ini telah memasuki tahap akhir proses pembangunan. Bahkan, uji coba beban untuk kendaraan berat juga telah dilakukan untuk mengetahui apakah ada potensi masalah, pada konstruksi jembatan atau tidak.

Baca Juga

Surau, Jembatan hingga Rumah di Rohul Terancam Longsor akibat Tebing Sungai Tergerus Air

"Akhir Bulan Maret untuk jembatan ini Insyaallah sudah selesai. Nanti hari raya sudah bisa lewat jembatan perak," kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Rabu (1/3/2023).

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Lumajang, Agus Siswanto menjelaskan, bahwa dari laporan yang diterima hingga hari ini proses jembatan sudah tahap pembersihan dan perapian beberapa material. Tetapi, peresmian jembatan masih menunggu perbaikan jalan yang ambruk beberapa waktu lalu yang berlokasi di bawah Jembatan Gladak Perak.

Baca Juga

Jalan Raya Malang-Blitar Putus Tertutup Longsor, Begini Kondisinya

"Untuk jembatan pembangunan sudah selesai, tinggal ada beberapa yang dirapikan, ini tinggal menunggu proses perbaikan jalan yang dulu longsor dibawahnya jembatan perak," ucap Agus Siswanto.

Sebagai informasi, Jembatan Gladak Perak sempat putus pasca terjangan awan panas guguran (APG) dari erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Jembatan penghubung antara Kabupaten Malang dan Lumajang ini pun tak bisa dilintasi, sehingga membuat akses mobilitas warga kedua kabupaten terganggu.

Baca Juga

Seram, Pria di Tulungagung Koleksi Tali Pocong Jenazah yang Meninggal Selasa Kliwon

Saat ini warga yang hendak melintas dari Kabupaten Malang ke Lumajang, maupun sebaliknya terpaksa melintasi Sungai Curahkobokan. Akses itu pun tak bisa dilintasi ketika adanya arus lahar dingin dari Gunung Semeru.

Editor: Ihya Ulumuddin