Jasad Utuh setelah 3 Tahun Dikubur, Ini 3 Wasiat Penting Kiai Baidowi sebelum Wafat
SAMPANG, iNews.id – Pengasuh Madrasah Dakwatut Tauhid, Sampang, Madura, almarhum KH Ahmad Baidowi meninggalkan tiga wasiat penting untuk para muridnya sebelum wafat. Tiga pesan itu bahkan diabadikan para murid Kiai Baidowi sebagai mutiara hikmah dan ditempel di dinding madrasah.
Ketiga mutiara hikmar tersebut di antaranya:
Pertama, ‘sosok penting dalam kehidupanmu bukan sosok yang dapat kamu rasakan dalam keberadaannya. Namun, sosok penting dalam hidup adalah sosok yang dapat kamu rasakan dalam kepergiannya’.
Kedua, ‘keberadaan seorang mukmin dalam dunia bukanlah masalah. Akan tetapi yang menjadi masalah jika dunia berada di hati seorang mukmin’.
Ketiga, ‘barang siapa yang berjalan pada posisinya, maka dia akan sampai pada tujuannya.
Pesan filosofis tersebut ditulis dalam bahasa arab, lengkap dengan terjemahannya. Tujuannya, setiap orang bisa membaca dan mengamalkannya.
Tak hanya itu, Kiai Baidowi juga rutin membaca syair Al-i’tiraf (ilahilas), karangan Abu Nawas setiap hari. Syair doa Abu Nawas tersebut selalu dibaca Kiai Baidowi setiap selesai salat lima waktu, termasuk selesai salat Jumat.
Putra keempat Kiai Baidowi, Sofyan Ahmad mengatakan, di luar amalan tersebut, ayahnya juga merupakan sosok yang istikamah menjalankan amal saleh. “Beliau juga menganut tarekat Naqsabandiyah,” katanya.
Sementara itu, sebelum meninggal, Kiai Baidowi, kata Sofyan juga meninggalkan wasiat penting, yakni selalu menjaga kerukunan umat beragama. “Bapak juga meminta agar kami semua tidak keluar dari (jamiyah) Nahdlatul Ulama (NU),” katanya.
Diketahui, pembongkaran makam KH Ahmad Baidowi, Sampang viral di media sosial. Pasalnya, jasad ulama tersebut masih utuh, meski sudah tiga tahun dimakamkan. Bahkan, kain kafan juga tidak lapuk dan hanya berubah warna.
Semula, makam tersebut dibongkar karena ambles. Khawatir ambruk, para santri mengusulkan agar makam dibongkar dan diperbaiki. Begitu dibongkar, semua kaget, karena jazad Kiai Baidowi tetap utuh bahkan tidak berbau.
Oleh anak dan cucu almarhum, jadad tersebut kemudian dibungkus dengan kain kafan yang baru dan dikubur di tempat semula.
Editor: Ihya Ulumuddin