Jambore Pramuka di Kaki Gunung Watangan Jember: Usung Konsep Terintegrasi, Melibatkan Multisektor
JEMBER, iNews.id- Jambore Pramuka yang diselenggarakan Kwartir Ranting (Kwarran) Wuluhan, benar-benar berbeda. Karena perkemahan yang berlangsung di Lapangan Dusun Grintingan, Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember ini, mengusung konsep terintegrasi. Menggabungkan agenda kepanduan, kewirausahaan, serta mengenalkan ilmu pertanian modern.
Ratusan peserta yang merupakan siswa sekolah dasar itu, bakal diajak berinteraksi dengan pegiat UMKM, serta mengunjungi tenda asosiasi petani hidroponik. Setiap regu, baik putra maupun putri, yang mengunjungi stan pertanian hidroponik akan mendapatkan edukasi tentang cara bertani tanpa menggunakan media tanah.
“Tujuannya ingin mengenalkan kepada peserta bahwa pertanian sekarang ini sudah modern. Dan menjadi petani itu keren. Nanti peserta juga akan diajak praktik tentang pertanian hidroponik, penggunaan media sosial yang edukatif, hingga pemanfaatan barang-barang bekas,” kata Mohamad Solikin, Ketua Kwarran Gerakan Pramuka Wuluhan.
Jambore ranting yang dibuka Sabtu 12 Agustus oleh Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Jember Sukowinarno ini diikuti oleh 750-an peserta dari 37 SD di kecamatan setempat. Mereka bakal mengikuti kegiatan itu hingga Senin 14 Agustus 2023 besok.
“Kegiatan ini untuk memperingati Hari Pramuka yang ke-62, serta menyambut HUT RI ke 78 tahun,” terang Sukowinarno, seusai membuka jambore. Menurutnya, kegiatan serupa juga dilakukan oleh 10 kwaran lain di Jember. Dengan konsep yang berbeda-beda.
Suko mengapresiasi ide perkemahan terintegrasi itu. Kata dia, agenda-agenda pramuka tak boleh monoton. Hanya begitu-begitu saja. Harus ada kolaborasi dan sentuhan yang bernilai edukasi. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Kwarran Wuluhan ini.
Sebab, jambore tersebut yang terlibat tidak hanya lembaga pendidikan saja, tapi juga ada komunitas petani hidroponik, pelaku UMKM, pemerintah desa, hingga beberapa organisasi perangkat daerah atau OPD. “Jadi ada kolaborasi. Saya kira konsep ini bisa ditiru oleh ranting lain di Jember,” jelasnya.
Selain memuji konsep acara, Suko juga mengacungi jempol pemilihan lokasi kegiatan. Dia menilai, tempatnya cukup strategis dengan pemandangan yang indah. Ini karena letak Lapangan Dusun Grintingan berada di area persawahan, tepat di kaki Gunung Watangan. Sehingga tampak seperti lukisan alam yang menawan.
“Namun karena saat ini musim kemarau, panitia harus tetap waspada. Dijaga kesehatannya. Dan saya titip kepada semua panitia dan pembina agar mengawasi para peserta,” ujarnya.
Mengantisipasi gangguan kesehatan itu, panitia telah menggandeng dua fasilitas kesehatan milik pemerintah di Wuluhan. Bahkan, panitia juga menyiagakan mobil ambulans sebagai langkah preventif jika terjadi kegawatdaruratan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan tim kesehatan dari Puskesmas Wuluhan dan Puskesmas Lojejer. Ada mobil ambulans yang siaga di lokasi,” ungkap Sampurno, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Wuluhan.
Selain kesiapsiagaan armada dan tim kesehatan, panitia juga melibatkan pemuda lokal untuk menjaga keamanan. Juga masyarakat sekitar guna memfasilitasi kebutuhan sanitasi. Seperti mandi, cuci maupun buang air besar. “Alhamdulillah, pemuda dan warga di sini kompak mendukung,” pungkasnya.
Editor: Mahrus Sholih