Guru di Probolinggo Ini Ikhlas Datangi Siswanya untuk Mengajar meski Gaji Kecil
PROBOLINGGO, iNews.id – Apresiasi tinggi perlu diberikan bagi para guru di momen Hari Guru Nasional, tak terkecuali Ambar Susanti (35), guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Mentor II Probolinggo. Setiap hari, guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Mentor II mendatangi muridnya satu per satu untuk memberikan materi pelejaran. Dia tetap bersemangat meski gaji kecil.
Belasan kilometer terpaksa dia tempuh untuk bisa bertemu murid-muridnya. Sebab, sejak pandemi Covid-19, sekolah tatap muka ditiadakan. Sebagai gantinya, semua siswa belajar dari rumah dan sekolah secara daring.
Namun, di SDN Mentor II Probolinggo, aktivitas ini tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya. Sebab, banyak di antara siswa tidak memiliki gadget. Kalaupun ada, jaringan juga sulit. Sementara paket kuota internet juga terbatas.
“Maka, solusinya harus mendatangi murid satu-satu. Sebab, kalau tidak begini anak-anak tidak bisa sekolah. Ketinggalan pelajaran,” kata ibu satu anak ini.
Ambar mengakui butuh kerja keras untuk bisa keliling mengajar. Sebab, lokasinya cukup jauh. Meski begitu, warga Jalan Mastrip, Kecamatan Kedopok, Kabupaten Probolinggo ini tetap semangat. “Demi anak-anak,” ujarnya.
Sebagai guru honorer, perjuangan Ambar ini tentu luar biasa. Sebab, upah yang didapat sangat kecil. Tidak sebanding dengan usahanya berkeliling, mendatangi rumah siswanya satu per satu. Tetapi, Ambar tetap ikhlas menjalaninya.
Ambar mengaku, agar tetap bisa hidup, dia juga bekerja sambilan. Dia membuat barang kerajinan tangan untuk dijual. “Saya membuat kain rajut untuk dijual. Lumayan untuk menambah penghasilan, katanya.
Bagi Ambar, mengajar merupakan segalanya. Karena itu, dia tetap ikhlas mengajar meski gaji tak seberapa. Bahkan, saat disinggung statusnya yang masih guru honorer, Ambar memilih diam. “Jangan membahas honorer, kurang etis. Terpenting saya bisa terus mengajar,” katanya.
Ambar mengaku sudah 15 tahu mengajar sebagai guru honorer. Namun hal itu dilalui dengan bahagia. “Menjadi guru itu pilihan hidup saya,” katanya.
Namun, Ambar berpesan , agar piihak sekolah tetap mendukung para tenaga honorer, termasuk hak dan kewajiban tenaga honorer. “Seperti yang saya alami, dampak pindah-pindah tugas sekolah, akibatnya data saya tidak masuk ke (pemerintah) pusat. Honor tidak terbayar,” katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin