get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Hari Ini Magnitudo 5,2 Guncang Blitar Jatim, Terasa hingga Bantul

Gubernur Jawa Timur dari Masa ke Masa, Ada yang Populer sebagai Penyanyi dan Pencipta Lagu

Senin, 03 Oktober 2022 - 09:31:00 WIB
Gubernur Jawa Timur dari Masa ke Masa, Ada yang Populer sebagai Penyanyi dan Pencipta Lagu
Kantor Gubenur Jawa Timur yang kokoh berdiri sejak zaman Belanda hingga sekarang. (istimewa).

SURABAYA, iNews.id - Gubernur Jawa Timur dari masa ke masa. Gubernur Jawa Timur (Jatim) merupakan kepala daerah tingkat I atau provinsi yang memegang pemerintahan di Jatim, sebuah provinsi di ujung timur Pulau Jawa. 

Sebagai wakil pemerintah pusat di Provinsi Jatim, gubernur Jatim membawahi 29 kabupaten dan sembilan kota dengan ibu kota provinsi di Kota Surabaya. Sejak era pemilihan kepala daerah langsung, gubernur Jatim dipilih melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung yang dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun sekali. 

Sejak Provinsi Jatim terbentuk pada 12 Oktober 1945, sudah ada 14 gubernur yang memimpin Provinsi Jatim. Di awal pembentukan, Provinsi Jatim dipimpin Gubernur Ario Soerjo atau Gubernur Suryo dan hingga sekarang Gubernur Khofifah Indar Parawansa. 

Berikut daftar gubernur Jawa Timur dari masa ke masa: 

Gubernur Jatim sebelum Kemerdekaan 

Sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, provinsi Jatim masih dalam penguasaan Belanda. Untuk menjalankan pemerintahan, Belanda menempatkan seorang wakilnya sebagai pemimpin di Jatim. 

Sejak tahun 1928 tercatat, ada lima gubernur yang berkuasa saat itu, yakni M C H Anderman (1928-1931), C. H. De Han (1931-1933), J. H. B. Kuneman (1933-1936), C. H. O. van Der Plas (1936-1941), dan Mr. C. H. Hartevelt (1941-1942). 

Gubernur Jatim setelah Kemerdekaan: 

1. R Suryo 

Gubernur Jawa Timur pertama R Suryo memimpin sejak 19 Agustus 1945 hingga 1 Juni 1947. Gubernur Suryo merupakan pejabat keturunan Ningrat asal Kabupaten Magetan. Dia lahir pada 19 Juli 1895 dan wafaat pada 10 September 1948 dalam sebuah tragedi berdarah di Kedunggalar Kabupaten Ngawi. 

Sebelumnya, dia menjabat Bupati di Kabupaten Magetan dari tahun 1938 hingga tahun 1943. Setelah menjabat bupati Magetan, ia menjabat Su Cho Kan Bojonegoro pada tahun 1943.

2. Moerdjani 

Sebelum menjadi gubernur Jatim, Moerdjani merupakan gubernur Jawa Barat yang ketiga. Masa pemerintahannya sangat singkat, kurang dari satu tahun. 

Setelah tidak menjabat Gubernur Jawa Barat, Moerdjani kemudian menjadi Gubernur Jawa Timur (1947–1949) dan selanjutnya menjadi Gubernur Kalimantan (1950–1953). 

Dia merupakan salah satu tokoh Parindra (Partai Indonesia Raya) dari Jawa Timur. Pada masa pendudukan Jepang, atas campur tangan Sukarno dan M. Hatta, ia ditunjuk sebagai Bupati Indramayu dengan alasan untuk mendorong kaum terpelajar mengambil alih kedudukan Pangreh Praja sehingga orang Jepang tidak meragukan bahwa orang Indonesia tidak memiliki kepemimpinan.

3. Raden Samadikoen 

Raden Samadikoen atau Samadikun menjabat gubernur Jawa Timur periode 1949–1958. Dia merupakan putra dari Kusumowisastro, seorang pensiunan kontrolir di Jombang. Pendidikan yang pernah ditempuh yakni HIS, Jombang kemudian dilanjutkan ke OSVIA Blitar, Jawa Timur. 

Setelah menjadi pegawai, dia mendapat kesempatan melanjutkan pendidikannya ke Bestuurschool, Batavia. Sebagai pegawai pemerintah R Samadikun mengawali karier sebagai "G.A.I.B" yang diperbantukan pada kontrolir Lamongan. 

Setelah itu dia berpindah-pindah tempat dengan jabatan yang berbeda, seperti wedana Jaba Surabaya, sekretaris bupati Magetan, asisten wedono Dolopo (Madiun), wedono Jebeng (Ponorogo) dan kemudian patih di Kediri. 

Di samping itu, suami dari Moebandi dan ayah dari 6 orang putra dan putri ini juga aktif di Perkumpulan Sekolah Neutral. Di perkumpulan ini Samadikun ditunjuk sebagai ketua. 

Perkumpulan ini membawahi beberapa jenis sekolah, seperti: HIS Bersubsidi, Vervolgschool Bersubsidi, Schakelschool, MULO, Frobelschool, dan lain-lain. R. Samadikun ditunjuk sebagai gubernur Jawa Timur menggantikan Dr. Moerdjani pada tahun 1949.

4. RTA Milono 

Sebelum memimpin Jawa Timur, RTA Milono pernah memimpin Provinsi Kalimantan Periode tahun 1955-1957 dan menjadi gubernur pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah. Dia mulai mulai menjabat dari 1 Januari 1957 sampai 30 Juni 1958. Setelah itu dia menjabat sebagai gubernur Jawa Timur periode 1958–1959. 

5. R. Soewondo Ranoewidjojo

R Soewondo Ranoewidjojo menjabat gubernur Jatim pada 1959–1963, menggantikan R. T. A. Milono pada tanggal 3 Desember 1959 di Surabaya, Jawa Timur. Pada masa pemerintahannya kondisi sosial politik dan keamanan di Jawa Timur sudah membaik. 

Kasus yang tampak banyak mencuat pada masa itu yakni penyelewengan dan dugaan korupsi yang dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintah, baik di tingkat provinsi maupun daerah. Diawali dengan dugaan penyelewengan uang tunjangan oleh Camat Donomulyo. 

Masalah ini akhirnya sampai ke Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BAPEKAN) yang kemudian melakukan pemeriksaan intesif. Masalah serupa juga muncul di Kabupaten Sampang, Madura ketika Bupati Sampang dituduh menyelewengkan berbagai kebutuhan pokok, seperti beras, gula dan kain sehingga harga-harga kebutuhan tersebut melambung tinggi dan langka. Masalah ini terselesaikan berkat campur tangan gubernur Sowondo, Ketua BAPEKAN, Selo Soemardjan. 

6. Mochamad Wijono 

Mochamad Wijono adalah gubernur Jawa Timur periode 1963–1967 menggantikan R Soewondo Ranuwidjojo. R Wijono yang semula merupakan Perwira Angkatan Darat dan pernah menjabat sebagai Ketua DPRD tingkat I Jawa Timur, melanjutkan kebijakan gubernur yang pernah ada sebelumnya. 

Situasi sosial politik dan keamanan negara yang semakin kondusif membuat dia dapat memimipin Provinsi Jawa Timur dengan baik. Pada masa kepemimpinan Moch Wijono, banyak produk hukum dihasilkan untuk kepentingan Provinsi Jawa Timur. 

Dalam bidang kesehatan contohnya.RSU Dr. Soetomo diserahkan pengelolaannya pada pemerintah Daerah tingkat I Jawa Timur. Demikian pula dengan para pegawai di rumah sakit tersebut merupakan pegawai Provinsi yang dipekerjakan pada RSU Dr. Soetomo. 

Tidak hanya itu, pemerintah provinsi turut terlibat dalam menyerahkan berdirinya perusahaan daerah yang bergerak di bidang percetakan, makanan dan minuman, perabot rumah tangga, serta perusahaan daerah jasa teknik dan instalasi Djasa Karya. Peraturan-peraturan daerah tersebut dituang dalam Lembaran Negara Republik Indonesia TPI.

7. Mohammad Noer

Raden Panji Mohammad Noer memimpin Provinsi Jatim sejak 1967 hingga 1976. Dia meniti karier dari bawah sebagai pegawai magang di Kantor Kabupaten Sumenep, Asisten Wedana, Patih (Wakil Bupati), Bupati Kabupaten Bangkalan, Residen (Pembantu Gubernur), Pejabat Sementara Gubernur Jawa Timur, hingga menjadi seorang Gubernur Jawa Timur.

“Agawe Wong Cilik Melu Gumuyu” (membuat rakyat kecil ikut tertawa) adalah ungkapan terkenal yang disampaikannya di depan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Maret 1973, sebagai Ketua Fraksi Utusan Daerah. Sejak itu ia sering disebut dengan "gubernurnya rakyat kecil". Dia akrab disapa masyarakat Jawa Timur dengan sebutan Cak Noer.

Mohammad Noer juga pernah bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Prancis. Saat itu ia berhasil mempromosikan potensi wisata Indonesia di mata dunia. 

Mohammad Noer dikenal pula sebagai penggagas Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura, daerah asalnya, yang telah ia impikan sejak menjadi Patih (Wakil Bupati) Kabupaten Bangkalan pada tahun 1950-an.

8. Soenandar Prijosoedarmo 

Soenandar Prijosoedarmo adalah gubernur Jawa Timur periode 1978-1983. Selain itu, dia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara periode 1965-1966. 

Dia merupakan pensiunan ABRI. Dia diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan Mohammad Noer. Setelah menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, ia kemudian diangkat sebagai anggota DPR dan menjadi Wakil Ketua DPR/MPR.

Dia terkenal saat menjabat komandan Batalyon Merak 504 Kala itu menjadi benteng tiga daerah, yakni Jombang, Kediri dan Malang. Dia bermarkas di di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. 

9. Wahono

Wahono menjabat sebagai gubernur Jatim pada periode 1983-1988. Dia merupakan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR pada masa Orde Baru. 

Karier militer yang pernah dijabatnya antara lain Penjabat Pangkostrad (1969–1970), Pangdam VIII/Brawijaya (1970–1972), Pangkostrad (1972–1973), Pangkostranas (1973–1974), Deputi Kasad (1974–1977), Dubes RI di Burma dan Nepal (1977–1981), Dirjen Bea Cukai (1981–1983), Gubernur Jawa Timur (1983–1988), dan Ketua DPR/MPR (1992–1997).

10. Soelarso 

Soelarso adalah gubernur Jawa Timur periode 1988—1993. Dua diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan Wahono.

11. Moch Basofi Sudirman

Moch Basofi Sudirman menjabat sebagai gubernur Jawa Timur periode 1993–1998. Sebelumnya Dia pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987–1992). 

Selain piawai memimpin pemerintahan, Basofi Sudirman juga terkenal pandai menciptakan lagu sekaligus menyanyi. Beberapa karyanya bahkan sangat populer, di antaranya lagu dangdut berjudul Tidak Semua Laki-laki. 

Basofi Sudirman merupakan Putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.

12. Imam Utomo Soeparno 

Imam Utomo Soeparno adalah Gubernur Jawa Timur periode 1998-2003 dan 2003-2008. Imam Utomo sebelumnya pernah menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya pada (1995-1997). 

Ia merupakan salah satu gubernur di Indonesia yang mengalami empat kali pemerintahan, masing-masing yaitu Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

13. Soekarwo

Soekarwo menjabat gubernur Jatim dari tahun 2009 hingga 2019. Soekarwo merupakan birokrat sukses. Kariernya diawali sebagai Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) hingga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur sejak 2003 hingga 2008.

Di usia pensiun, Soekarwo terjun ke politik dan bergabung dengan Partai Demokrat. Dunia politik ini pula yang mengantarkan Soekarwo menjadi gubernur Jatim hingga dua periode. 

Soekarwo menamatkan pendidikannya di SD Negeri Palur Madiun (1962), SMP Negeri 2 Ponorogo (1965), serta SMAK Sosial Madiun (1969). Gelar sarjana hukum diperolehnya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya (1979), sementara gelar pascasarjana hukum di Universitas Surabaya (1996), dan gelar doktornya di Universitas Diponegoro Semarang (2004). 

14. Khofifah Indar Parawansa

Khofifah Indar Parawansa memimpin Jawa Timur sejak 2019 hingga sekarang. Perempuan kelahiran Surabaya 19 Mei 1965 ini dikenal sebagai aktivis perempuan yang mumpuni, memiliki karir cemerlang di dunia politik dan punya prestasi mentereng.  

Namanya dikenal pada catur perpolitikan dalam negeri semenjak dia membawakan pidato terkait pernyataan sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang Umum MPR 1998 silam yang membahas tentang Orde Baru dalam ajang formal nasional setingkat Sidang Umum MPR. 

Kecerdasan Khofifah dalam mengritik rezim Orde Baru yang tengah berkuasa menjadikan sosoknya sebagai politisi yang disegani di tanah air.  

Khofifah mengawali karir politik pada tahun 1992 saat masih berusia 27 tahun. Saat itu dia menjadi anggota DPR-RI dari perwakilan Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) periode 1992-1998. 

Di luar dunia politik, Khofifah juga aktif dalam organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Mantan aktivis PMII bahkan tercatat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU selama empat periode hingga sekarang. Kiprah dan dedikasinya yang cukup besar pada jamiyah Nahdlatul Ulama menjadikan Khififah selalu diberi kepercayaan untuk memimpin. 

Sumber: - Wikipedia
              - Jatimprov.go.id

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut