Cerita Rakyat di Malang Jawa Timur, Asal Usul Nama Kota Malang
MALANG, iNews.id - Masih banyak yang belum tahu bagaimana asal usul dinamakannya Kota Malang. Ternyata, terdapat cerita rakyat yang menceritakan awal mula disebut Kota Malang. Segala sesuatu pasti memiliki asal muasal atau cerita dibalik penyebutan nama sesuatu.
Bagaimana ya ceritanya? Simak cerita rakyat Malang, Jawa Timur yang sudah dirangkum oleh iNews pada Senin (08/1i/12).
Alkisah di suatu tempat di daerah Jawa Timur, ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang pria bernama Dewasimha. Dewasima sangat sakti dan bijaksana. Dia juga memiliki istana yang berkilauan yang di dalamnya terdapat api suci bernama Sang Putikewara.
Tak hanya bijaksana dan dicintai oleh semua orang, Dewasimha juga diberkahi dengan keturunan dan pewaris takhta yang mulia dan baik, Gajayana namanya. Ketika dia menjadi raja, dia melindungi kerajaannya dengan baik dan memperlakukan rakyatnya dengan baik.
Tidak hanya itu, Raja Gajayana juga sangat menghormati para pendeta di kerajaannya, terutama Resi Agastya. Untuk melayani orang bijak, Gajayana bahkan membangun sebuah kuil, yaitu tempat suci yang disebut Malangkuçeçwara, yang digunakan sebagai penawar segala penyakit dan malapetaka bagi kerajaan.
Dia juga memberikan tanah pertanian dengan lembu, kerbau kepada para pendeta serta budak laki-laki dan perempuan. Seluruh pemberiannya harus diterima dan tidak ada yang bisa menghentikannya membuat keputusan. Jika ada yang menghalangi kesediaan mereka untuk memberi, terlepas dari garis keturunan, saudara laki-laki atau pelayan mereka, semua akan terluka. Kisah ini tercatat dalam prasasti Dinaya atau Kanjuruhan.
Asal usul nama kota Malang berasal dari sejarah penyerangan tentara Kesultanan Mataram Jawa Tengah yang dipimpin oleh Tumenggung Alap Alap. Tumenggung dan pasukannya menyerang daerah yang sekarang dikenal sebagai Kota Malang atau juga dikenal sebagai Swiss van Java.
Disebutkan dalam cerita rakyat yang dirangkum dalam situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa 1.600 tahun yang lalu, Sultan Agung, raja Mataram, ingin menaklukkan seluruh pulau Jawa. Dia ingin semua kerajaan Jawa berada di bawah kendali Mataram.
Untuk melancarkan rencananya, dia juga menyerang beberapa tempat, terutama dengan menaklukkan Jawa Timur. Dia dikabarkan telah mengirimkan sekitar 8.000 pasukan yang dikerahkan di Jawa Timur bagian selatan, pantai utara dan di jalur tengah yang meliputi beberapa wilayah, salah satunya Malang.
Di wilayah itu, Sultan Agung mengutus Tumenggung Alap Alap untuk memimpin pasukannya melewati wilayah Ngantang, di mana ia harus melintasi pegunungan yang membentang dari utara ke selatan. Tumenggung Alap Alap telah melintasi beberapa gunung antara lain Gunung Penanggungan, Arjuno, Kawi, Anjasmoro dan Kelud.
Lebih dari itu, pasukannya harus menyeberangi Sungai Brantas. Perjalanan yang cukup berat dan melelahkan menyebabkan Tumenggung Alap Alap dan pasukannya sering beristirahat.
Sampai suatu sore, dia memutuskan untuk bermalam di suatu tempat dan meminta seluruh pasukannya yang terdiri atas sekitar 3.000 orang untuk mendirikan tenda. Mereka pun beristirahat untuk memulihkan tenaga agar bisa melanjutkan perjalanan dan melaksanakan perintah Sultan Agung keesokan harinya.
Di tempat peristirahatannya, Tumenggung terkesima melihat pemandangan di sekitar Gunung Kawi. Melihat itu, dia semakin ingin menaklukkan wilayah itu. "Betapa indahnya dataran ini," katanya kepada seorang pelayan yang setia.
"Ya, Pak. Daerahnya juga sangat subur karena dilintasi Sungai Brantas," kata pelayannya. "Di wilayah inilah berdiri Kerajaan Kanjuruan yang dipimpin oleh Raja Gajayana. Konon di daerah ini juga ada candi Malangkuseswara, tapi sekarang sudah tidak ada jejaknya lagi," kata Tumenggung.
Tumenggung Alap Alap juga berkata, "Kita harus berhati-hati untuk menaklukkan kabupaten ini. Di sini, kerajaan Singasari pernah berjaya. Saya yakin yang akan kita hadapi nanti bukanlah orang sembarangan. Saya khawatir tentang moral para prajurit mereka akan berbalik melawan kita," katanya.
Keesokan harinya, Tumenggung Alap Alap dan pasukannya melanjutkan perjalanan. Namun, mereka berhenti ketika memasuki sebuah kawasan bernama Merjosari. Mereka berhenti karena ada pohon besar yang ditebang sembarangan di jalan setapak.
Mau tidak mau, mereka juga membersihkan batang pohon yang berserakan yang tentu saja memakan banyak waktu dan energi. Setelah selesai, Tumenggung mengirim beberapa prajuritnya untuk mengamati sekeliling.
Belakangan diketahui, ternyata tentara dan rakyat bersatu berniat menghadang pasukan Mataram. "Maafkan saya Pak, ternyata mereka menolak kedatangan kami. Mereka siap berperang untuk menyambut kita semua. Tapi jangan khawatir, Pak. Mereka hanya mewakili sepertiga dari tentara kita," kata seorang tentara.
"Namun, kami harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bertarung," ucap Tumenggung Alap Alap.
Keesokan harinya, pertempuran pecah. Tak disangka, orang-orang di sekitar Gunung Kawi dalam jumlah kecil memenangkan pertempuran. Di bawah pimpinan Bupati Ronggokusumo, mereka mampu mengalahkan tentara Mataram dan mempertahankan wilayahnya. Dari perlawanan ini, daerah itu disebut Malang karena ada tentara "sial" (Jawa) atau dalam bahasa Indonesia berarti "penghalang" atau "menghalang-halangi".
Nah, itu dia asal usul cerita rakyat Kota Malang, Jawa Timur. Ternyata, Malang diambil dari kata “penghalang”. Sangat menarik ya!
Editor: Ihya Ulumuddin