Cerita Mpu Raganata, Penasihat Raja Singasari yang Dipecat karena Kritis dan Bijak

SURABAYA, iNews.id - Kertanegara menjadi raja yang membawa Singasari ke era kejayaan. Wilayah kekuasan Kerajaan Singasari cukup luwas, bahkan meliputi semenanjung Malaya di Pahang hingga Pulau Sumatera.
Selama memerintah di Singasari, Kertanegara dibantu tiga orang mahamenteri, yakni Mahamenteri Hino, Mahamenteri Halu, dan Mahamenteri Sirikan, sebagaimana tercantum pada Prasasti Gunung Wilis 1269. Buku "Babad Tanah Jawi" tulisan Soedjipto Abimanyu, menyebut selain dibantu oleh tiga mahamenteri Kertanegara juga menyalurkan kepada Tanda Urusan Negara yang terdiri Patih, Demung, dan Kanuruhan.
Satu dari beberapa pembesar kerajaan yang begitu disayangi Kertanegara yakni Mpu Raganata, yang menjabat sebagai mahamenteri. Dari beberapa mahamenteri ada satu mahamenteri yang kerap berseberangan dengan Kertanegara, yakni Mpu Raganata. Meski kerap berseberangan dengan Kertanegara, Mpu Raganata terkenal sebagai seseorang yang bijak dan cakap dalam melaksanakan tugasnya.
Mpu Raganata selalu memberikan nasihat-nasihat dan beragam saran apabila Raja Kertanegara mengalami kesulitan dalam pemerintahannya. Tanpa tedeng aling-aling, dia berani mengemukakan pendapat dan keberatan-keberatannya terhadap sikap dan kepemimpinan Kertanegara. Hal inilah yang tidak disukai oleh Kertanegara yang lebih mengagungkan kekuatannya sendiri.
Dari sanalah Mpu Raganata menjadi salah satu pejabat yang dirotasi oleh Kertanegara. Dia diberhentikan dari jabatannya sebagai mahamenteri dan diangkat sebagai Adhyaksa di Tumapel. Kertanegara menunjuk sosok Mahesa Anengah dan Panji Anggragani, sebagai pengganti Raganata.
Kertanegara di antara raja-raja Singasari yang pertama-tama melepaskan pandangan ke luar Jawa. Dia ingin mendobrak politik tradisional yang hanya berkisar pada Janggala-Panjalu dan ingin mempunyai kerajaan yang lebih luas dan besar dari kedua wilayah tersebut, yang merupakan warisan Raja Airlangga.
Kebijakan baru tersebut mendapat tantangan dari pembesar-pembesar Singasari yang menganut politik lama. Untuk melancarkan kebijakannya, Kertanegara tidak segan-segan menyingkirkan para pembesar kerajaan yang menghalanginya dan menggantikannya dengan pejabat lain yang mendukung kebijakannya.
Pada kidung Panji Wijayakrama dan serat Pararaton, pembesar atau pejabat Singasari yang telah lama mengabdi dalam pemerintahan Raja Wisnuwardhana. Namun tidak dapat menyesuaikan diri dengan politik baru yang dijalankan oleh Raja Kertanegara, dia diturunkan jabatannya.
Editor: Ihya Ulumuddin