Cerita Korban Gempa Bumi Malang jelang Ramadan: Nelongso, Tak Punya Apa-Apa Lagi
MALANG, iNews.id - Gempa bumi Magnitudo 6,1 yang mengguncang sejumlah wilayah di Jawa Timur, Sabtu (10/4/2021), lalu menyisakan duka bagi para korban. Banyak warga yang rumahnya rusak berat hingga tidak layak lagi ditempati.
Kondisi ini membuat para warga semakin bersedih, lantaran terjadi saat akan menyambut bulan Ramadan. Salah satunya, Warsono, warga Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Desa ini menjadi daerah yang terparah terdampak gempa berkekuatan Magnitudo 6,1. Warsono pun hanya bisa pasrah melihat rumahnya roboh terkena gempa.
Sambil memunguti barang-barang yang masih bisa diselamatkan, petani berusia 67 tahun ini mengungkapkan perasannya menjelang Ramadan tiba. Rumah yang ditinggali sudah tak bisa ditempati lagi karena kerusakan hampir menyentuh 80 persen.
Hanya bagian tembok samping kiri kanannya saja yang masih tersisa. Itu pun dengan retakan yang begitu tampak. Alhasil, dia bersama tetangganya yang rumahnya juga rusak cukup parah, terpaksa tidur di terpal yang didirikan di halaman belakang pekarangan rumah.
"Tidurnya di sini kalau malam. Nggak berani tidur dekat dengan bangunan. Takut ada gempa lagi dan roboh," kata Warsono, Senin (12/4/2021).
Menurutnya, menjelang puasa Ramadan kali ini menjadi hari-hari yang terberat bagi dirinya dan istri. Selain rumahnya yang habis roboh terdampak gempa, Warsono harus merasakan gagal panen kopi di kebunnya.
"Nelongso, nelongso. Sudah habis nggak punya apa-apa lagi. Kemarin kopi panennya nggak hasil. Sekarang ketambahan kayak gini. Biasanya panen 7 sampai 8 kwintal, kemarin nggak ada hasil," ucap Warsono.
Dia mengaku kini tidak punya apa-apa dan menunggu bantuan dari beberapa pihak yang datang. Warsono sudah tak sanggup lagi membangun rumahnya. Selain tenaga yang sudah mulai terkuras akibat usia, dia kini tak memiliki apa-apa.
"Sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya punya kayu itu saja untuk bahan memperbaiki rumah. Motor satu-satunya juga rusak kerobohan rumah," kata Warsono, sambil menunjukkan kayu-kayu yang sedianya memang digunakan memperbaiki rumah menjelang Lebaran.
Dengan dibantu oleh tetangga-tetangga, personel TNI dan polisi, Warsono membersihkan puing-puing rumahnya sambil berharap ada benda berharga yang masih tersisa dan dapat dimanfaatkan kembali. Meski demikian, dia bersyukur dirinya dan istri bisa selamat dari gempa dengan guncangan cukup kuat yang terjadi pada Sabtu siang 10 April 2021 lalu.
"Alhamdulillah masih selamat saya dan istri," kata warga RT 11 RW 3 Dusun Sukodadi, Desa Wirotaman ini.
Warsono mengisahkan bagaimana dia begitu panik lantaran tak menyangka ada gempa sedemikian kencang Sabtu lalu. Rumah yang dibangun sejak tahun 1989 itu pun roboh. Saat terjadi gempa, Warsono tengah duduk di teras samping rumahnya.
"Saya saat itu duduk di kursi teras samping rumah. Tiba-tiba ada goyangan kencang sekali, dua kali goyangannya. Yang gempa kedua itu saya melarikan diri ke halaman rumah. La ibu di dalam rumah sedang ngemong cucu. Alhamdulillah semua selamat," tuturnya.
Dirinya mengatakan, telah ada pendataan akibat kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Dia berharap bantuan segera disalurkan. "Sudah ada pendataan, semoga segera dapat bantuan dan bisa segera diperbaiki rumah saya," tuturnya.
Warga Desa Wirotaman lain yang juga terdampak, Edi Sungkowo mengaku pasrah bagaimana nasibnya menjelang Ramadan dan Idul Fitri tahun ini. Gempa yang merobohkan rumahnya membuatnya berpikir bagaimana bisa kembali membangun rumahnya.
"Sementara saya tinggal mengungsi ke rumah kerabat sambil menunggu perbaikan rumah. Semoga ada bantuan, apalagi ini kan mau puasa dan Lebaran juga," kata Edi, warga RT 2 RW 1 Desa Wirotaman.
Dia pun berharap ada bantuan uang dan bahan makanan mengingat begitu banyaknya anggota keluarganya yang menghuni satu rumahnya. Sehari-hari, ada tujuh orang di rumah termasuk anak dan cucunya. "Semoga ada bantuan," ujar petani ini.
Warsono dan Edi Sungkowo menjadi korban terdampak gempa di Kabupaten Malang. Kerusakan yang dialami rumahnya mencapai 80 persen lebih. Selain mereka, masih banyak warga yang menjadi korban dan mengharapkan bantuan untuk bisa memperbaiki rumahnya.
Editor: Maria Christina