get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Hari Ini Magnitudo 4,5 Guncang Jailolo Maluku Utara

Candi Situs Srigading di Malang Runtuh, Diduga akibat Gempa Bumi di Masa Lampau

Minggu, 13 Februari 2022 - 16:30:00 WIB
Candi Situs Srigading di Malang Runtuh, Diduga akibat Gempa Bumi di Masa Lampau
Candi Situs Srigading yang diekskavasi BPCB Jatim (Avirista Midaada / MPI) 

MALANG, iNews.id - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian atau eskavasi di Situs Srigading yang merupakan candi peninggalan era Kerajaan Mataram Kuno. Hasil eskavasi mendapati jika candi ini pernah runtuh diduga akibat guncangan gempa bumi kuat di masa lampau.

Berdasarkan pantauan, terlihat di beberapa batu bata candi, khususnya di sisi dalam bagian barat terdapat patahan. Patahan ini memanjang dan membuat runtuhan sisi kaki candi. 

Beberapa batu bata dengan diameter panjang 35 sentimeter, lebar 22 meter dan ketebalan 10 - 11 sentimeter juga ada yang retak serta patah di tengahnya. 

Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho menyebut, ada kemungkinan besar gempa bumi di masa lampau menghancurkan bangunan candi yang diperkirakan dibangun pada abad 10.

"Dugaannya gempa ini terlihat dari patahan-patahan jelas di bangunan kaki-kakinya," ujar Wicaksono, Minggu (13/2/2022). 

Namun guna memastikan penyebab runtuhnya bagian atap dan tubuh candi, perlu adanya kajian keilmuan lanjutan yang dilakukan oleh timnya.

"Jadi candi ini dulu merupakan memiliki bagian tubuh dan atap yang runtuh, menutupi profil kaki di semua sisi candi. Ditemukan dua, satu di sini, satu di barat laut,” ucapnya.

Tetapi yang jelas dari hasil ekskavasinya selama enam hari sejak 7 Februari 2022, ditemukan arca menyerupai tabib yang diidentikkan mirip seperti ada di Candi Borobudur. Selain itu ada penemuan dua buahratna yang terdapat di atap candi  serta pengganjal relung yang dijadikan tempat menyimpan benda-benda seperti arca, yoni dan lingga. 

"Jadi di bagian tengah ini ada relung. Tempat arca ini merupakan pengganjal relung. Kemudian ada dari bata di sini, dia pakai batu karena untuk relung. Di bagian relung untuk menyimpan arca-arca, kayak jendela, tapi ada cekukan, dan di situ ada arca," ucapnya. 

Tetapi kini fokus pihaknya, bagaimana memastikan kondisi candi pascaekskavasi atau penggalian pertama bisa terjaga. Candi ini bakal ditutup sementara waktu guna menjaga kondisi bebatuan yang ada agar tak lapuk oleh cuaca. Nantinya pihaknya juga bakal melakukan ekskavasi tahap kedua, melihat kondisi lanjutan demi memastikan kondisi candi. 

"Setelah kami mengetahui bentuk dan luasan candi, tentunya akan mudah menghitung kebutuhan ruang bagi candi ini, dalam upaya pelestariannya termasuk pembebasan dan pengatapan. Pengatapan menjadi penting, karena bahannya dari bata yang sangat rapuh karena diperkirakan berasal dari abad ke-10," katanya.

Secara fungsi candi yang berada di Dusun Manggis, Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini digunakan untuk pemujaan terhadap tokoh di wilayah yang dulu disebut sebagai daerah Walandit. Saat itu Rakryan Hujung merupakan penguasa daerah setempat yang memohon kepada Mpu Sindok Raja Mataram Kuno untuk pembebasan dari pajak dengan cara membangun sebuah bangunan suci. 

"Prasasti Linggasutan sendiri ini ditemukan di Lokajati, lokasinya dua kilometer dari desa ini. Berisi terkait dengan pembebasan pajak Desa Linggasutan, untuk pembiayaan bangunan suci Batara I Walandit," katanya. 

"Apakah bangunan yang ada (di Prasasti Linggasutan) yang kita temukan di Srigading ini adalah bangunan suci yang disebutkan di Prasasti Linggasutan, yaitu Batara I Walandit atau bukan masih perlu kita telusuri lagi, disini kita juga menemukan ciri-ciri bahwa bangunan candi yang ada di desa Srigading ini berciri Hindu Siwaistis," katanya. 

Saat itu memang Desa Srigading menjadi bagian dari nama wilayah bernama Walandit yang diduga kuat dikuasai Rakryan Hujung. Dari sanalah dia kemudian diperintahkan membuat sebuah bangunan suci yang dijadikan pemujaan dengan timbal balik sang rakryan meminta pembebasan pajak ke Mpu Sindok. 

Namun siapa sosok sebenarnya Batara I Walandit yang konon menjadi orang yang dipuja di daerah Walandit masih misterius.

"Ya apakah Batara itu merujuk pada Dewa Hindu yang dipuja, Walandit merujuk pada tempat, ataukah ada tokoh di tempat itu, yang di dewakan, krena disebutnya Batara doang," ujarnya. 

Tetapi yang jelas temuan adanya struktur candi di Desa Srigading menjadi penting untuk mengungkap keberadaan Sejarah Malang. Pasalnya ada dugaan Walandit yang dimaksud di Prasasti Linggasutan juga terkait dengan pengakuan Suku Tengger, yang ada di kawasan Gunung Bromo. Apalagi dalam ritualnya, konon Suku Tengger mengambil air dari mata air Wendit, Malang, yang dulunya menjadi bagian dari wilayah Walandit.

"Dulu ini merupakan daerah Walandit. Dulu kan desa itu luas ini masuk Desa Walandit, terus kemudian Tengger kan ini Bromo daerah Walandit juga mungkin juga. Sehingga sekarang merasa mempunyai keturunan ikatan sejarah budaya dengan Malang," tuturnya.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut