KLHK Lepas Liarkan Elang Jawa di Kawasan Hutan Gunung Semeru
MALANG, iNews.id - Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) melepasliarkan Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi) di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTBS), Jumat (29/10/2021). Burung langka dilindungi ini dilepas ke habitatnya setelah dianggap mandiri dan mampu beradaptasi.
Pelepasliaran Elang Jawa ini dilakukan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) Wiratno di kawasan Coban Bidadari, Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Elang Jawa bernama Mirah berjenis kelamin betina ini sebelumnya berada di pusat rehabilitasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Yogyakarta. Burung itu sebelumnya sempat diperjualbelikan di Yogyakarta. Kemudian oleh seorang warga diserahkan ke BKSDA.
Dirjen KSDAE Kementerian LHK Wiratno menyatakan, populasi Elang Jawa di alam liar mulai menunjukkan peningkatan setelah pihaknya bersama jajaran BKSDA KLHK berhasil melakukan konservasi dan rehabilitasi. Tercatat, populasi Elang Jawa mencapai 571 di seluruh Jawa, termasuk yang ada di pusat rehabilitasi.
"Sekarang 571 seluruh Jawa tapi ada indikasi juga dia di Bali, catatan baru di Bali," kata Wiratno.
Wiratno memaparkan, pemilihan lokasi pelepasliaran Elang Jawa di TNBTS karena memang di lokasi ini menjadi habitat mereka dan dengan biodiversitas burung-burung yang langka. "Jadi sebetulnya Bromo ini bukan taman nasional, bukan hanya keindahan landscape. Tapi juga biodiversitasnya burung," katanya.
Selain itu, dengan potensi sinergi antara wisata dan konservasi dan perlindungan satwa liar menjadi kawasan TNBTBS cocok dijadikan area pelepasliaran Elang Jawa, yang menjadi lambang negara Indonesia Burung Garuda.
"Jadi kami mengimbau nanti kalau bapak-bapak dari kepolisian atau TNI bisa juga diajak, bagaimana cara masang kamera trap. Kemudian memantau binatang di hutan apa saja, bisa. Jadi wisata edukasi saya kira dengan keluarga juga boleh," tuturnya.
Ketua Raptor Indonesia Zaini Rakhman mengungkapkan, populasi Elang Jawa yang menjadi satwa endemik yang langka diakui mulai menunjukkan tren positif, dengan mengalami peningkatan.
"Populasinya sudah mulai meningkat, Alhamdulillah. Salah satunya dengan pelepasliaran ini juga untuk meningkatkan populasi. Kemudian kita akan coba menyampaikan ke dunia internasional, itu bahwa ada catatan baru di Bali. Jadi sebarannya (Elang Jawa) Jawa dan Bali," katanya.
Pelepasliaran Elang Jawa dikatakan Zaini, tidak bisa dilakukan asal-asalan. Berkaca pada Elang Jawa bernama Mirah yang dilepasliarkan hari ini memang perlu melakukan observasi dan dipantau kesehatannya terlebih dahulu.
"Kadang-kadang ada satwa yang dipotong sayapnya, yang dipotong kakinya. Itu kami coba rehabilitasi semua. Kemudian perilaku. Karena kan banyak yang dipelihara itu dikasih makan apa, ini penting juga untuk mengenalkan lingkungan sekitarnya. Kemudian kita kenalkan pakan - pakan alami yang ada di sekitarnya," katanya.
Langkah observasi kesehatan dan perilaku Elang Jawa menjadikan hal penting untuk bisa mempertahankan populasi Elang Jawa sebelum dilepasliarkan ke alam liar. Sebab perkembangbiakan Elang Jawa memang cukup sulit. Selama satu atau dua tahun sekali sepasang Elang Jawa jantan dan betina hanya menghasilkan satu telur.
"Itu pun belum tentu menetas atau dia belum tentu survive di alam nantinya. Karena ada faktor setelah dewasa atau anakan diburu oleh masyarakat," ujarnya.
Editor: Ihya Ulumuddin