Bertahun-Tahun Rusak, Pesisir Utara Bangkalan Kini Jadi Ekowisata Unggulan
BANGKALAN, iNews.id - Ekosistem pantai utara Bangkalan kembali pulih setelah bertahun-tahun mengalami kerusakan. Kawasan pantai di pesisir Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan ini bahkan berubah menjadi ekowisata unggulan.
Ketua Pokdarwis Payung Kuning Labuhan, Mohammad Sahril, mengatakan, pesisir utara bangkalan berubah wajah setelah ada upaya perbaikan dari nelayan setempat. Mereka bekerja sama dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), mengubah pesisir pantai desa tersebut menjadi desa wisata.
"Kegiatan perbaikan ekosistem pantai dimulai tahun 2014. Semula berupa penghijauan mangrove dan pelatihan. Setelah hutan mangrove berhasil, kemudian terbentuklah Taman Pendidikan Mangrove. Karena tujuan awal memang untuk mengatasi abrasi di lahan mangrove tersebut," katanya, Minggu (29/8/2021).
Sebelum program penghijauan lewat hutan mangrove ini berjalan, lahan pesisir seluas 17,5 hektar tersebut memang rusak parah. Hanya 0,6 hektare yang dalam kondisi baik.
"Alhamdulillah, saat ini area tersebut telah menjadi area ekowisata yang dapat mendatangkan pengunjung maupun peneliti lokal hingga internasional. Pengelolanya ya warga kami sendiri. Kelompok Tani Cemara Sejahtera dari Desa Labuan", ujar Sahril bangga.
Mesku begitu, warga setempat tidak lantas berpuas diri. Taman Pendidikan Mangrove tersebut lalu dikembangkan ke program Taman Wisata Laut Labuhan. Program ini berfokus pada konservasi dan transplantasi terumbu karang pada 2017.
Menurut Sahril, salah satu penyebab terumbu karang dulu rusak karena alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan. "Tapi sekarang dengan adanya pengawasan, termasuk dari masyarakat, semakin minim (penggunaan alat itu). Kami turut mengedukasi masyarakat pentingnya terumbu karang," katanya.
Sejak 2017 hingga 2021, telah ditanam 877 fragmen karang yang dikelola Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning. Ada dua titik transplantasi terumbu karang, yakni di Pulau Ajaib dengan kedalaman lima meter dan Taman Wisata Laut Terumbu Karang. Selain berfungsi sebagai rumah ikan, menurut Sahril, terumbu karang itu dimanfaatkan nelayan untuk mencari cumi-cumi.
"Dengan kembalinya terumbu karang, maka desa tersebut kini menjadi desa wisata edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat," ujar Sahril.
Laki-laki yang kini bergiat sebagai aktivis lingkungan pesisir ini mengatakan, terumbu karang tersebut merupakan bagian dari konsep One Belt One Road (OBOR) Pariwisata di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang disodorkan PHE WMO sebagai peta menuju kesejahteraan masyarakat.
OBOR Pariwisata ini merupakan salah satu langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mengembangkan jalur pesisir pantai utara Bangkalan dengan memaksimalkan berbagai potensi desa. "Karena memang ada empat dimensi utama yang ditekankan dalam OBOR Eco Edu Tourism Bangkalan. Yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial," ujarnya.
Hebatnya, keberhasilan mengubah wajah pesisir di Labuhan ini, mampu menjadi stimulan positif bagi daerah lain di Bangkalan untuk berbuat serupa, contohnya di Pesisir Tlangoh dan Sungai Bancaran serta pantai desa Bandangdajah. Berbagai pelatihan nelayan setempat yang bekerja sama dengan PHE WMO pun dilakukan dengan melibatkan Forum Komunikasi CSR.
Setelah 2 tahun berjalan, hasil positif kini terlihat. Mulai dari Hutan Cemara Laut, Wisata Magrove Bancaran hingga Eco Edufarming yang dikelola kelompok tani Sangga Buana.
PHE WMO masih merencanakan bakal mengembangkan eco eduwisata di pesisir utara Bangkalan dengan menonjolkan masing-masing potensi desa. "Diharapkan dengan pengembangan yang dilakukan dapat memicu tumbuhnya wisata-wisata baru maupun jasa pendukung lainnya," kata Manager Relations Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, Iwan Ridwan Faizal.
Editor: Ihya Ulumuddin