Beri Beasiswa ke Anak Korban Tragedi Kanjuruhan, Perempuan Golkar Bersatu: Tetap Semangat
MALANG, iNews.id - Sebanyak 38 anak korban Tragedi Kanjuruhan menerima beasiswa pendidikan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim bekerja sama dengan Perempuan Golkar Bersatu (PGB). Pemberian beasiswa pendidikan ini seiring peringatan Hari Anak Universal yang jatuh pada 20 November kemarin.
Ketua Umum Perempuan Golkar Bersatu (PGB) Yanti Airlangga Hartarto mengaku, dia dan rekannya sudah lama ingin bertemu dengan para korban dan keluarganya. Namun hal itu belum bisa terealisasi karena proses verifikasi dan pendampingan oleh tim dari LPA Jawa Timur masih berlangsung
"Setiap malam apa yang kalian rasakan menjadikan mimpi buruk untuk kita semua. Kita semua sama seperti adik-adik juga merasakan kesedihan. Biar adik-adik biar tetap sekolah, adik-adik tetap rajin, tetap semangat. Kita semua berdoa, tercapai semua cita-citanya, menjadi orang yang berbakti bagi nusa dan bangsa," kata Yanti, di Kafe NK, Kabupaten Malang, Rabu (23/11/2022).
Pada kesempatan tersebut, para keluarga korban juga menerima pendampingan psikologi dari LPA Jatim bekerja sama dengan Perempuan Golkar Bersatu. Dia mengungkapkan, pelaksanaan asesmen bukan untuk kembali mengingatkan keluarga dan korban akan peristiwa nahas itu.
Dia mengatakan, asesmen dilakukan untuk mengobati dan memulihkan trauma serta semangat keluarga.
"Kami bukan ingin menambah berat dan mengingatkan kejadian itu, tapi sebagai ibu hati nurani kami ingin datang merangkul berharap doa kita semua untuk yang menjadi korban, kami berduka cita yang mendalam, yang telah pergi akan mendapatkan tempat yang indah. Semoga ibu bapak diberi kekuatan dan anak-anak di sini dapat meneruskan cita-citanya. Semoga traumanya bisa hilang," ucap Yanti Airlangga
Sementara itu, Ketua LPA Jatim Anwar Solihin menyatakan, ada sejumlah kriteria untuk mengerucutkan pemberian beasiswa kepada 38 anak korban Tragedi Kanjuruhan. Salah satunya adalah mereka yang kehilangan orang-orang tua dan menjadi tulang punggung keluarganya.
"Misalnya kakaknya yang menjadi tulang punggung, dan kemudian mungkin orang tuanya yang menjadi tulang punggung, yang sebenarnya ketika menjadi korban kemudian anak-anaknya tidak mendapatkan hak, terutama hak bermain, hak belajar, hak pendidikan dan hak kesehatan, itu kemudian yang menjadi kriteria dari kami," ucap Anwar Solihin.
Menurutnya, tak semua korban tragedi Kanjuruhan dimasukkan ke dalam kategori penerima beasiswa pendidikan.
"Ada kriteria tertentu yang memang harus kami penuhi, agar mereka layak mendapatkan bantuan tersebut. Kita tidak hanya bantuan itu, tapi juga kemudian parenting, pengasuhan bagi orang tua, atau keluarga yang mengasuh 38 anak itu, itu akan kita kuatkan. Agar kemudian bantuan tersebut benar-benar bermanfaat bagi mereka dan ketika ada persoalan terkait pengasuhan bisa dilakukan," ucapnya.
Dia mengatakan, pemberian beasiswa difokuskan kepada anak-anak yang tinggal dan berdomisili di Malang Raya. Sebab proses pendataan baru dilakukan terhadap anak korban Tragedi Kanjuruhan yang berada di Malang Raya.
"Kalau seluruhnya kita belum punya data, karena ada yang di luar Malang. Belum kita asesmen. Sebenarnya fokus kita ke Malang Kota dan kita masuk ke beberapa anak di Kabupaten. Kita belum tahu secara keseluruhan," kata Anwar.
Anak penyintas Tragedi Kanjuruhan menerima beasiswa pendidikan dari LPA Jatim bekerja sama dengan Perempuan Golkar Bersatu (PGB). Beasiswa pendidikan senilai total Rp380 juta diberikan kepada 38 anak korban Tragedi Kanjuruhan sekaligus memperingati Hari Anak Sedunia setiap 20 November.
Dana itu meliputi bantuan pendidikan yang diberikan sebulan sekali selama tiga tahun dengan total Rp10 juta per anak. Bantuan akan didistribusikan senilai Rp250.000 per bulan bekerja sama dengan Bank BRI.
Editor: Rizky Agustian