Asal Usul Nama Kota Surabaya dari Sejarah hingga Mitos Perseteruan Ikan Sura dan Buaya
JAKARTA, iNews.id - Asal-usul nama Kota Surabaya erat kaitannya dengan nilai perjuangan dan kepahlawanan. Tak heran jika Surabaya juga dikenal dengan salah satu kota pejuang.
Surabaya adalah sebuah kota besar di Indonesia yang sekaligus sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya memiliki luas wilayah sekitar 326,81 kilometer persegi yang terbagi dalam 31 kecamatan. Terletak di bagian timur Pulau Jawa, kota ini memiliki populasi yang besar dan luas wilayah yang mencakup area perkotaan dan pinggiran kota.
Kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta ini, Surabaya menjadi pusat berbagai aktivitas di Jawa Timur. Mulai dari bisnis, pemerintahan, hingga hiburan.
Sebagai kota besar, Surabaya adalah rumah bagi berbagai kelompok etnis dan budaya. Hal ini tercermin dalam keanekaragaman kuliner, festival budaya, dan kegiatan komunitas yang diadakan di kota ini.
Asal usul kota yang memiliki julukan Kota Pahlawan ini ternyata memiliki banyak versi, mulai dari versi sejarah hingga versi mitos.
Menurut sejarah, nama Surabaya muncul sejak awal kerajaan Majapahit yang dikenal dengan nama Ujung Galuh. Namun terjadi sebuah peristiwa yang mengharuskan nama Ujung Galuh diganti menjadi nama Surabaya yang berarti selamat dari bahaya.
Nama Surabaya sendiri diambil dari simbol ikan sura atau hiu yang berarti selamat dan buaya yang berarti bahaya untuk menggambarkan kepahlawanan tentara Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya dalam melawan pasukan Tar Tar (Mongol) yang dipimpin oleh Kubilai Khan pada 1293.
Pertempuran itu dimenangkan Raden Wijaya. Pasukan Mongol pun hengkang dari Pulau Jawa dan kembali ke China. Raden Wijaya kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit.
Begitu bersejarahnya peristiwa tersebut hingga tanggalnya diabadikan menjadi tanggal berdirinya Kota Surabaya hingga saat ini, yaitu 31 Mei.
Surabaya memiliki cerita rakyat yang sangat melegenda mengenai perkelahian antara ikan hiu atau sura dengan buaya atau baya. Kedua binatang buas yang sama-sama tangkas,kuat, dan ganas tersebut hampir setiap saat berkelahi untuk memperebutkan mangsa.
Mereka sering berkelahi hingga berhari-hari lamanya, namun tidak pernah ada yang kalah ataupun menang. Meskipun perilaku kedua binatang buas ini kerap mengganggu ketenteraman, namun tak ada satu pun hewan yang berani menghentikan pertikaian mereka.
Suatu ketika saat si Sura dan si Baya merasa bosan karena terus berkelahi, mereka sepakat untuk melakukan perdamaian. Mereka akhirnya daerah kekuasaan menjadi dua. Sura hanya berkuasa dan mencari mangsa di dalam air, sementara si baya hanya berkuasa dan mencari mangsa di daratan.
Akhirnya Baya si Buaya pun setuju dengan usulan Sura, ataupun Hiu tersebut. Aturan itu membuat Sura dan Baya tak lagi memasuki wilayah masing-masing. Binatang-binatang yang hidup di sekitar mereka pun hidup tenteram dan damai.
Namun perdamaian tersebut tidak berlangsung lama, karena Sura melanggar perjanjian mereka. Sura ternyata diam-diam mencari mangsa di sungai, bukan di laut. Setelah beberapa kali ia mencari mangsa di sungai, akhirnya si Baya pun memergokinya.
Hal tersebut membuat Baya marah dan kesal, dan berusaha untuk mengingatkan Sura. Namun Sura bersikap dengan tenang dan beralasan sungai tersebut adalah air, dan air adalah wilayah kekuasaan Sura.
Setelah mendengar alasan Sura, Baya mengatakan bahwa sungai adalah wilayah kekuasaannya. Namun si Sura tetap merasa bahwa alasannya lah yang paling kuat.
Merasa dikhianati dan ditipu, akhirnya si Baya pun meminta agar perjanjian itu pu dibatalkan dan menantang Sura untuk adu kekuatan dengannya. Sura pun setuju, dan akhirnya pertarungan pun terjadi kembali antara kedua binatang buas tersebut.
Kali ini pertarungan mereka lebih sengit dari biasanya, dalam satu serangan si Sura berhasil menggigit pangkal ekor si Baya. Air sungai yang semula jernih pun seketika berubah menjadi merah karena darah yang keluar dari ekor Baya.
Meskipun dalam keadaan terluka parah, Baya tetap melancarkan serangannya kepada Sura. Akhirnya Baya berhasil menggigit ekor Sura hingga hampir putus. Si Sura pun menjerit kesakitan dan langsung melarikan diri menuju lautan. Si Baya pun merasa puas karena ia telah berhasil mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Dari peristiwa tersebutlah yang kemudian menjadikan masyarakat setempat menamai daerah tersebut Surabaya, yang diambil dari kata gabungan Sura dan Baya. Pemerintah Kota Surabaya pun membuat gambar ikan Sura dan Buaya sebagai ikon.
Itulah penjelasan mengenai asal-usul Kota Surabaya menurut versi sejarah dan mitos.
Editor: Nani Suherni