40 Hari Tragedi Kanjuruhan, Federasi Sepak Bola Belanda Kirim Karangan Bunga
MALANG, iNews.id - Federasi Sepak Bola Kerajaan Belanda atau Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB/PSSI-nya Belanda) mengirimkan karangan bunga dukacita bagi korban meninggal. Karangan bunga ini dikirimkan langsung ke Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, tepat di hari ke-40 tragedi.
Terlihat karangan bunga dari KNVB ini terpasang di depan Patung Singa yang berada di kompleks Stadion Kanjuruhan Malang. Karangan bunga dari KNVB didominasi warna oranye sebagaimana warna kebesaran mereka.
Sayang karangan bunga ini bertuliskan dengan bahasa Indonesia dengan tulisan 'Turut Berduka Cita untuk Seluruh Korban Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022'. Tepat di bawah tulisan tersebut terdapat logo KNVB lengkap dengan tulisan KNVB sebagai pengirimnya.
Korwil Aremania Stadion Kanjuruhan, Awang Karta menyatakan, karangan bunga dari KNVB ini datang Sabtu malam dan langsung terpasang di stadion. Tetapi ia pribadi tidak tahu siapa yang mengirimkannya, hanya ketika pada Selasa malam kemarin dirinya memang sudah melihat karangan bunga itu.
"Karangan bunga itu datang Selasa malam, kalau yang ngirim ke sini siapa saya nggak tahu, yang jelas itu dari KNVB warnanya oranye khasnya dia," kata Awang Karta, saat dikonfirmasi wartawan pada Rabu petang (9/11/2022).
Awang menjelaskan, dengan adanya karangan bunga dan ucapan dukacita dari KNVB tersebut menjadi salah satu bukti bahwa tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pascalaga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya tersebut merupakan duka dunia sepak bola internasional.
Menurutnya, dengan adanya perhatian dunia internasional terhadap tragedi Kanjuruhan tersebut, bisa dijadikan dorongan untuk mengusut tuntas peristiwa yang menewaskan 135 orang tersebut. Seluruh pihak yang berkaitan dengan tragedi itu, harus bertanggung jawab secara penuh terhadap peristiwa tersebut.
“Ini merupakan bukti bahwa musibah ini menjadi perhatian dunia internasional. Proses hukum harus berjalan secara adil,” katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin