SURABAYA, iNews.id – Keterbatasan fisik bukan halangan bagi seseorang untuk berkreasi. Sebaliknya, keterbatasan justru menjadi pelecut untuk terus berkarya, melebihi mereka yang memiliki fisik sempurna.
Hal itu pula yang dibuktikan oleh para penyandang disabilitas di rumah kreatif Tiara Handicraft Jalan Sidosermo Indah II, Kota Surabaya. Di tengah keterbatasan fisik, mereka bisa menunjukkan kemampuan lewat aneka produk kreatif yang diciptakan.
Produk itu antara lain tas, tempat tisu, taplak meja, sarung bantal hingga produk fashion lainnya. Produk berbahan dasar kain itu dikerjakan oleh mereka yang berkebutuhan khusus.
Ahmadi (42) salah satunya. Penyandang tuna daksa itu terampil menjahit meski kedua tangan dan kakinya tumbuh tak sempurna. Dua jari kanan memegang gunting dan memutar roda jahit bergantian. Sementara dua jari kirinya terus menari, menancapkan mata jarum pada kain sesuai pola.
Tugas yang menuntut ketelitian itu dilakukan Ahmadi dengan cepat. Dalam hitungan menit, tumpukan kain tas setengah jadi itu selesai dengan sempurna.
Semua itu dilakukan Ahmadi secara mandiri. Dia hanya membutuhkan meja jahit yang lebih rendah agar bisa dijangkau karena kedua kakinya juga tumbuh tak sempurna.
“Saya senang bisa bekerja seperti orang normal. Saya juga tidak minder dengan keterbatasan ini,” kata laki-laki asal Jember itu, Kamis (25/4/2024).
Sebaliknya, dia justru mengaku minder bila tidak punya pekerjaan. Sebab, biasanya, profesi atau pekerjaan kerap ditanyakan saat dia berkumpul dengan teman atau keluarga.
“Saya memang punya keterbatasan. Tetapi karena bisa berkarya, tidak dipandang sebelah mata lagi,” katanya penuh percaya diri.
Bahkan karena potensinya itu, Ahmadi kerap mendampingi pemilik Tiara Handicraft, Titik Winarti mejadi pembicara di berbagai forum ekonomi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Selain menularkan ilmu tentang kerajinan, dia juga kerap diundang untuk memberikan motivasi di tengah keterbatasan.
Seperti diajarkan mentornya, Titik Winarti, penyandang disabilitas seperti dirinya harus diberi kesempatan untuk menunjukkan potensinya. Sebab, dia yakin semua manusia memiliki kemampuan masing-masing.
“Karya ini adalah bukti bahwa kami punya kemampuan,” ucapnya.
Semangat pula yang ditanamkan Titik Winarti kepada semua penyandang disabilitas yang bergabung di Tiara Handicraft. Mereka digali semua potensinya hingga menyadari bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya.
Itu sebabnya, setelah dua tahun berdiri (1997), Tiara Handicraft merekrut banyak penyandang disabilitas. Mereka diajari membuat aneka produk kerajinan, lalu dijadikan karyawan dengan upah layak seperti pekerja normal lainnya.
Penyandang disabilitas yang direkrut juga beragam, mulai dari tuna daksa, tuna rungu hingga tuna grahita.
“Alhamdulillah, ternyata mereka bisa,” katanya.
Hingga 29 tahun berdiri, Tiara Handicraft sudah meluluskan lebih dari 800 penyandang disabilitas. Mereka kini telah mendirikan usaha sendiri, termasuk bergabung dengan industri baru di tempat lain.
Titik bangga atas pencapaian mereka. Sebab, mereka survive lewat karya yang benar-benar bernilai. Bukan karena belas kasihan.
“Produk mereka dibeli karena memang berkualitas. Bukan karena mereka penyandang disabilitas,” tuturnya.
Penghargaan sebagai Pengakuan
Sukses Titik mencetak penyandang disabilitas terampil ini pula yang berbuah berbagai penghargaan. Pada tahun 2004 misalnya, Titik mendapat The Global Microentrepreneurship Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Titik bahkan berksempatan berpidato tentang gagasan pemberdayaan kaum difabel di hadapan Sekjen PBB Kofi Annan saat itu.
Cerita Titik tentang pengalamannya memberdayakan penyandang disabilitas menggetarkan hati para hadirin. Bahkan, tak sedikit yang meneteskan air mata, termasuk Ratu Beatrix dari Belanda dan Ratu Sofia dari Spanyol yang ikut hadir di acara tersebut.
Pengalaman Titik itu menggugah kesadaran bahwa masih ada pijar semangat dari orang-orang kecil, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus untuk bangkit.
“Mereka (penyandang disabilitas) butuh bantuan dalam bentuk kesempatan dan akses pasar. Bukan iba dan rasa kasihan,” tuturnya.
Setelahnya, Titik juga mendapat berbagai penghargaan dari dalam negeri. Di antaranya Inspiring Award dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2009 hingga Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Republik Indonesia tahun 2010.
Titik bangga atas berbagai penghargaan itu. Dia menilai, penghargaan bukanlah prestasi, melainkan pengakuan atas potensi yang dimiliki para penyandang disabilitas.
“Penghargaan ini untuk mereka,” ucapnya.
Perjuangan Titik memberdayakan penyandang disabilitas lewat Tiara Handicraft terus berbuah manis. Tiga tahun setelah forum di PBB, produk Tiara Handicraft sukses menembus pasar ekspor. Beberapa di antaranya Spanyol dan beberapa negara di Amerika Latin.
Tak hanya itu, suntikan modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mulai mengalir. Lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, Tiara Handicraft mendapatkan kucuran modal hingga Rp500 juta.
Suntikan modal ini membuat penopang Tiara Handicraft semakin kuat. UMKM yang dirintis Titik itu bisa meningkatkan produksi hingga merekrut penyandang disabilitas lebih banyak lagi.
Dari modal itu, Titik juga bisa menambah mesin jahit serta membeli lahan untuk perluasan tempat produksi. Sukses Titik mengembangkan Tiara Handicraft bukan saja berdampak positif pada peningkatan ekonomi, tetapi juga membangkitkan harapan baru bangi para penyandang disabilitas yang ada.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait