SURABAYA, iNews.id – Nama Syachrul Anto, relawan Basarnas yang gugur dalam tugas mulianya saat menyelam di misi pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat (Jabar), merupakan sosok yang berdedikasi di bidang kemanusiaan. Almarhum seorang panutan yang berpengalaman di dunia selam. Selain punya lisensi, warga Bendul Merisi Utara VIII, Surabaya, ini telah lebih dari 10 tahun aktif menggeluti penyelaman.
Misi penyelamatan dan pencarian korban pesawat jatuh Lion Air JT 610 di perairan Karawang, bukan yang pertama bagi Syachrul. Dirinya sudah banyak terlibat dalam berbagai panggilan kebencanaan.
Berbekal sejumlah pengalaman itu membuat dia selalu diterima bergabung menjadi relawan tim Basarnas. Baik membantu korban bencana maupun korban kecelakaan. Rekam jejaknya pun cukup luar biasa di bidang kemanusiaan. Dia pernah turut menolong korban bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng). Bahkan almarhum sudah ada di lokasi bencana sejak hari pertama.
Dia juga ikut dalam misi penyelaman saat membantu mencari korban jatuhnya Pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), 28 Desember 2014 silam.
“Saat Air Asia jatuh di Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, suami saya juga ikut menjadi relawan. Dia menyelam dan membantu mengevakuasi korban,” kata Lyan Kurniawati, istri almarhum di Surabaya, Sabtu (3/11/2018).
Lyan menilai, kematian suaminya saat mencari korban Lion Air JT-610 bukan disebabkan kesalahan. Namun murni terjadi karena kecelakaan. “Semua ini juga merupakan kehendak Yang Maha Kuasa,” ujarnya.
Itu sebabnya, Lyan pun pasrah, berduka dan berserah atas peristiwa ini. Dia juga berharap tidak ada korban lagi sebagaimana yang terjadi pada suaminya.
Diketahui, Syachrul meninggal saat melakukan penyelaman di Perairan Karawang Jawa Barat, Jumat (2/11/2018). Dia diduga mengalami dekompresi. Almarhum bergabung dengan regu penolong Basarnas sejak Rabu (31/10/2018). Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan ekspedisi untuk bergabung dengan Basarnas.
Di mata keluarga, Syahrul merupakan sosok panutan. Lelaki 48 tahun itu seorang pemimpin bijaksana dan memiliki kepedulian sosial tinggi. Jiwa sosial ini pula yang menggerakkan Syahrul untuk ikut dalam berbagai misi penyelamatan.
Kendati bersedih, keluarga mengaku tetap bangga dengan sosok almarhum. Apalagi, kematian Syahrul dalam rangka tugas mulia.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait