JAKARTA, iNews.id - Tribhuwana Tunggadewi merupakan Ratu Majapahit penakluk Nusantara. Selama memimpin kerajaan, ia berhasil menduduki sejumlah kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah di Indonesia.
Tak hanya di Indonesia, wilayah kekuasaan kerajaan yang dipimpin oleh Tribhuwana Tunggadewi bahkan mencakup ke negara-negara tetangga. Berkat perluasan wilayah inilah, Kerajaan Majapahit didapuk menjadi kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Adapun kisah Tribhuwana Tunggadewi dalam memimpin Kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut.
Ratu Majapahit penakluk Nusantara
Tribhuwana Tunggadewi merupakan anak dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya dan istrinya, Gayatri. Nama aslinya adalah Sri Gitarja yang kemudian mendapatkan gelar ‘Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani’ saat memerintah Kerajaan Majapahit.
Ia memiliki saudara kandung bernama Dyah Wiyat dan saudara tiri bernama Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit. Jayanegara sebenarnya ingin mempersunting Tribhuwana Tunggadewi, tetapi tidak diizinkan oleh Gayatri.
Karena tidak mendapatkan restu, Jayanegara mengurung Tribhuwana Tunggadewi agar tidak dinikahi oleh pria manapun. Ia sangat takut tahtanya akan terancam apabila saudara tirinya tersebut membawa seorang pria ke dalam keluarga kerajaan.
Lalu saat Jayanegara meninggal dunia, Tribhuwana Tunggadewi akhirnya menikah dengan Cakradhara atau Kertawardhana Bhre Tumapel dan melahirkan 2 orang anak. Anak sulungnya, Dyah Hayam Wuruk merupakan salah satu dari pemimpin Kerajaan Majapahit selanjutnya.
Karena tampuk kepemimpinan Kerajaan Majapahit tengah kosong, Gayatri pun memerintahkan putrinya untuk naik tahta. Tahta diberikan kepada Tribhuwana Tunggadewi karena Gayatri telah memutuskan untuk menjadi biksuni atau pendeta Buddha.
Tribhuwana Tunggadewi pun memimpin Kerajaan Majapahit bersama sang suami. Namun di awal masa pemerintahan atau tahun 1331, sang ratu harus mengalami masalah akibat adanya pemberontakan Sadeng dan Keta.
Beruntungnya, Gajah Mada mampu menangani pemberontakan tersebut hingga ia dianugerahi gelar sebagai Mahapatih Majapahit yang merupakan jabatan tertinggi kedua setelah raja. Gajah Mada pun mengucapkan Sumpah Palapa pada tahun 1334.
Dalam sumpah tersebut, Gajah Mada berikrar tidak akan merasakan kenikmatan duniawi sebelum berhasil mempersatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit. Kenikmatan tersebut juga meliputi hadiah dari sang ratu.
Bersama dengan Gajah Mada, kepimpinan Tribhuwana Tunggadewi semakin maju. Kerajaan Majapahit bahkan berhasil menaklukkan Bali dan beberapa kerajaan di Nusantara, terutama di Sumatera.
Semakin berkembang dengan pesat, wilayah kekuasaan Majapahit bahkan meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.
Tak berhenti di situ, Tribhuwana Tunggadewi dan Gajah Mada mampu berekspansi sampai ke sejumlah negara tetangga, dari Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina.
Setelah berhasil menaklukkan Nusantara dan Gayatri meninggal dunia, Tribhuwana Tunggadewi memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Pasalnya, ia memerintah Kerajaan Majapahit hanya karena ingin mewakili sang ibu.
Tampuk kepemimpinan pun diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk, yang saat itu baru berusia 16 tahun. Meskipun sudah tidak menjabat sebagai pemimpin kerajaan, Tribhuwana Tunggadewi masih dipercaya menjadi dewan penasihat raja sampai meninggal dunia pada tahun 1371.
Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait