SURABAYA, iNews.id - Para pemeran film "Sri Asih" menyapa ribuan penggemar di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (17/9/2022). Mereka yakni Pevita Pearce, Jefri Nichol, Dimas Anggara, dan Reza Rahadian.
Kehadiran para pemeran film garapan Upi itu merupakan bagian dari kegiatan promosi di kota-kota Indonesia, salah satunya Surabaya. Rencananya, film ini akan tayang di bioskop Tanah Air pada Kamis (6/10/2022) mendatang.
Karakter Sri Asih merupakan jagoan pertama yang tampil dalam film Indonesia. Sri Asih muncul pertama kali sekitar setengah abad yang lalu, tepatnya pada 1953 diciptakan oleh bapak komik Indonesia, R.A. Kosasih.
Pevita Pearce yang berperan sebagai Alana, membeberkan prosesnya selama syuting film "Sri Asih". Pevita mengaku selama proyek berlangsung, ia melakukan clean eating, yang mana ia makan makanan sehat, dan mengutamakan protein. "Hal itu saya lakukan hingga sekarang," ujarnya.
Peran yang dilakoni Pevita harus membuatnya berlatih beladiri hingga tiga tahun. Ia menjalani workshop action dengan Uwais Team dan melakukan 90 persen adegan action dalam film. "Luar biasa banget aku bisa terpilih memerankan Sri Asih ini dan semoga bisa menjadi film yang menarik untuk semua penonton ya,” kata Pevita.
Dalam kesempatan tersebut, Jefri Nichol yang memerankan seorang berprofesi sebagai jurnalis, membeberkan caranya beradaptasi untuk bisa memerankannya. Jefri mengaku bahwa ia memiliki teman yang berprofesi sebagai jurnalis investigasi. "Sehingga saya banyak mendapatkan informasi dari teman terkait profesi tersebut. Kemudian saya kembangkan," katanya.
Sri Asih sebelumnya sempat muncul di film “Gundala” arahan Joko Anwar pada tahun 2019. Jagat Sinema Bumilangit berlanjut kisahnya dalam film “Sri Asih”. Film yang disutradarai Upi dan ditulis skenarionya oleh Upi dan Joko Anwar ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 6 Oktober 2022.
Sinopsis singkat Alana tidak mengerti mengapa dia selalu dikuasai oleh kemarahan. Tapi dia selalu berusaha untuk melawannya. Dia lahir saat letusan gunung berapi yang memisahkan dia dan orang tuanya. Dia kemudian diadopsi oleh seorang wanita kaya yang berusaha membantunya menjalani kehidupan normal.
Tapi saat dewasa, Alana menemukan kebenaran tentang asalnya. Dia bukan manusia biasa. Dia bisa menjadi kebaikan untuk kehidupan atau menjadi kehancuran bila ia tidak dapat mengendalikan amarahnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait