Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, saat berkampanye bersama pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak. (Foto: Istimewa)

SURABAYA, iNews.id – Swing voter akan menjadi penentu di pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Dari hasil survey sejumlah lembaga, jumlah pemilih yeng belum menentukan masih tinggi. Mencapai 15-20%. Sementara selisih elektabilitas kedua pasangan calon juga hampir berimbang.

Potensi suara tersebut menurut sejumlah pengamat politik akan menjadi rebutan kedua pasangan calon. Mereka yang berhasil mengambil potensi suara swing voter akan menjadi pemenang. Apalagi, kedua pasangan calon juga sudah memiliki basis massa yang jelas.

Bagaimana caranya?, pengamat politik Universitas Trunojoyo, Surrochim Abdussalam mengatakan, di tengah situasi kompetitif seperti ini, kehadiran tokoh nasional (yang memiliki basis massa besar) akan sangat potensial dan bermakna. Mereka bisa mengambil ceruk suara mengambang. Basis massa yang masih bimbang terhadap kedua pasangan calon.

Kehadiran tokoh nasional dalam pilkada berdasarkan tracking data survey selama ini, lanjut Surrochim biasanya memberi efek peningatan elektabilitas terhadap calon yang didukung. Semakin populer tokoh tersebut maka akan semakin efektif dia sebagai vote getter. Efeknya variatif, tergantung popularitas dan aseptabilitas tokoh tersebut.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat menghadiri kampanye bersama pasangan Khofifah Indar Parawansa-EMil


“Ketika seorang calon tak cukup memikat, maka tokoh nasional yang menjadi patron bisa menjadi panutan. Siapa yang akan dipilih oleh tokoh tersebut, dialah yang akan diikuti,” kata Surrochim.

Peluang inilah kata Surrochim yang dibaca dengan baik oleh tim pasangan nomor urut satu, Khofifah-Emil. Dalam beberapa pekan terakhir misalnya, pasangan ini mendatangkan Raja Dangdut Rhoma Irama. Tak hanya itu, mereka juga mendatangkan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono.

“Rhoma bukan hanya pengumpul massa cukup potensial. Tetapi juga bisa menjadi vote getter. Penggemarnya juga banyak dan lintas generasi. Dari sisi lagu, bisa diterima hampir semua kalangan dan juga ada nuansa religiusnya. Sejalan dengan karakteristik pemilih jawa timur,” kata Dekan Fisip Unijoyo ini.

Menurut Surrchim, perilaku politik masyarakat Jawa Timur harus diakui semakin dinamis dan bahkan cenderung masih lebay menyangkut vote getter. “Maka semakin populer biasanya potensial bisa menarik angka swing votter khususnya masyarakat rural area,” tambah peneliti Surabaya Survey Center (SSC) ini.

Sementara, kehadiran Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kampanye Pilgub Jatim, memiliki pengaruh kuat di generasi x dan birokrasi. Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai
representasi tokoh muda nasional, juga punya daya tarik di pemilih milenial. “Saya pikir itu kombinasi relatif lengkap untuk bisa membantu KHofifah-Emil, Untuk meningkatkan elektabilitasnya,” ucapnya.

Kendati demikian, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, tak risau atas safari politik SBY dan AHY di Jawa Timur. Pendukung Safullah Yusuf-Puti Guntur ini menilai, road show petinggi Partai
Demokrat tersebut tak lebih sekadar rekreasi biasa.

“Efeknya tidak serius. Pak SBY dan Mas AHY malah mirip jalan-jalan ya ke Jawa Timur, muncul di plaza seperti anak milenial, ketimbang bekerja serius untuk menambah suara,” kata pria yang juga Wakil Wali Kota Surabaya ini.


Editor : Himas Puspito Putra

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network